(IslamToday ID) – Gegap gempita keluarnya mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dari penjara mendapat reaksi dari mantan pimpinan KPK Bambang Widjojanto alias BW.
“Anas mau nyalonkan politik terserah dia, tapi selalu dicari-cari ingin lakukan perdebatan. Apakah tidak cukup persidangan 1, 2, 3, hingga PK? Apakah tidak cukup untuk membuktikan? Perdebatan apa lagi?” ujar BW dalam podcast bersama Novel Baswedan belum lama ini.
Ia meminta Anas dan pendukungnya untuk berhenti menggunakan mekanisme perdebatan publik. BW pun tahu ujung dari semua gerakan tersebut. “Sudahlah kita tahu ujungnya ke mana, kamu ingin membersihkan dirimu, tapi tidak seperti itu caranya. Itu kampungan banget cara seperti itu,” jelas BW dikutip dari Republika.
BW melihat Anas sedang mencari panggung. Ia lalu menceritakan kabar masa lampau soal Anas yang disebut akan diracun dalam tahanan. Padahal, dari foto-foto dokumentasi KPK, Anas terlihat sangat lahap makannya.
Pun soal pernyataan Anas yakni akan terjun dari Monas jika terbukti bersalah. Pada faktanya pernyataan-pernyataan itu tidak pernah terelisasi meski secara hukum ia telah terbukti bersalah. “Pernyataannya sudah tidak bisa dipertanggungjawabkan,” ujar BW.
Anas pernah mengucapkan kalimat yang sangat terekam jelas di publik. Pernyataan itu diucapkannya pada Maret 2012 lalu terkait korupsi Hambalang. “Satu rupiah saja Anas korupsi di Hambalang gantung Anas di Monas.”
Sementara itu, Anas Urbaningrum langsung menyindir pihak-pihak yang berkompetisi atau bertanding di dunia politik menggunakan tangan orang lain untuk menggebuk. Ia mengajak agar bertanding dengan fair, jujur, terbuka, dan objektif.
“Dalam tradisi aktivis, saya ingin menyampaikan pertandingan atau kompetisi hal yang biasa. Kami aktivis diajarkan sejak kecil sejak bayi, tetapi buat saya pertandingan dalam konteks demokrasi pertandingan yang jujur, fair, terbuka, dan objektif,” ujarnya saat berpidato di hadapan ratusan Sahabat AU di halaman Lapas Sukamiskin, Selasa (11/4/2023).
Ia mengatakan, pertandingan tidak boleh menggunakan pihak lain atau menggunakan teknik lama, yaitu nabok nyilih tangan. Apabila pertandingan seperti itu, maka para aktivis tidak tertarik ikut pertandingan.
“Pertandingan yang terbuka, jujur, objektif, tidak boleh menggunakan pihak lain, tidak boleh pertandingan pakai teknik lama nabok nyilih tangan. Itu pertandingan jujur, kalau tidak ada pertandingan jujur para aktivis tidak tertarik ikut pertandingan,” katanya.
Dengan kebebasannya, ia pun meminta maaf kepada pihak-pihak yang akhirnya melahirkan pertentangan. Anas menyebut bahwa ia tidak ingin melahirkan pertentangan atau permusuhan. “Mohon maaf kalau saya keluar, merdeka, bebas mendatangkan melahirkan pertentangan saya katakan mohon maaf. Saya tidak ada kamus pertentangan, permusuhan, kamus saya adalah perjuangan dan keadilan,” katanya.
Selama proses perjuangan dan keadilan terdapat pihak yang merasa termusuhi, ia menyebut hal tersebut merupakan konsekuensi. Ia menegaskan tidak menginginkan permusuhan namun memiliki sikap persaudaraan dan persahabatan. [wip]