(IslamToday ID) – Sejumlah akademisi dari perguruan tinggi menyoroti ancaman perubahan iklim dan kerusakan alam terutama di Kalimantan Timur (Kaltim). Mereka menilai hutan di Kaltim terkini sedang tidak baik-baik saja.
Muncul gagasan restorasi agar Ibukota Negara (IKN) Nusantara sejalan dengan konsep forest city. Gagasan tersebut mencuat di acara diskusi para akademisi di Gedung Prof Masjaya, Universitas Mulawarman (Unmul), Kamis (22/6/2023).
Sustainitiate bekerja sama dengan Unmul berdiskusi dalam rangka mewujudkan kawasan IKN Nusantara yang sejalan dengan konsep forest city. Atau pembangunan perkotaan dengan konsep mengelola dan menjaga ekosistem hutan. Hal ini juga untuk mengantisipasi permasalahan lingkungan, seperti perubahan iklim, bencana, keanekaragaman hayati, serta polusi.
Deputi Direktur Pusat Sains Kelapa Sawit Instiper Yogyakarta, Agus Setyarso menyampaikan, salah satu hal yang bisa dilakukan guna mencapai tujuan itu dengan melakukan restorasi pada beberapa aspek. Seperti tata kelola, lingkungan, sosial, bahkan ekonomi.
“Pendiskusian berhubungan dengan adanya hari hutan hujan tropis nasional yang selaras dengan impian pembangunan IKN,” kata Agus dikutip dari Law-Justice, Sabtu (24/6/2023).
Saat ini kondisi hutan yang ada di Kaltim khususnya pada wilayah IKN Nusantara disebutnya sedang tidak baik-baik saja.
“Saat ini kondisi hutan di Kaltim sedang tidak baik-baik saja, maka dari itu semangat restorasi menjadi langkah untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut,” terangnya.
Beberapa faktor saat ini belum dapat terwujud konsep hutan hujan tropis karena tidak adanya sinkronisasi antar pemerintahan. Kemudian eksploitasi hutan terhadap pembukaan infrastruktur juga mengakibatkan timbulnya berbagai macam konflik.
“Belum terjalin sinkronisasi antar pemerintahan, dengan kondisi seperti ini kita memerlukan restorasi tata kelola. Mengenai lingkungan, ada 40 DAS (Daerah Aliran Sungai) di Kaltim tetapi tidak satu pun kualitas airnya baik, ini juga memerlukan restorasi,” bebernya.
Guru Besar Manajemen Daerah Aliran Sungai, Fakultas Pertanian, Industri Teknologi, Universitas Padjadjaran (Unpad) Chay Asdak yang juga hadir turut memberi pemaparan.
Utamanya persoalan banjir di wilayah IKN Nusantara, ini harus didorong dilakukan restorasi terhadap beberapa DAS setempat.
Menurutnya, restorasi dapat membantu perwujudan forest city IKN Nusantara yang diungkap pemerintah. “Adanya saran 5 DAS yang harus kita fokuskan untuk penanganan banjir tadi di wilayah IKN. Jadi memang diskusi ini akan juga diakomodir melalui Unmul,” singkatnya.
Chay juga mengamati isu kritis IKN Nusantara di kota lain seperti Samarinda dan Balikpapan, serta lebih luasnya Kaltim kini berfokus pada menjaga ketersediaan air, energi, dan pangan.
“FGD ini tentu kita usulkan untuk isu air, mengupayakan menjaga kantong air seperti kawasan karst Kaltim, kan tahu ada di mana saja,” ungkapnya.
“Tinggal menjaga tanpa disalahgunakan, lalu menjaga wetland seperti mangrove, gambut, dan danau yang mencegah terjadinya banjir,” lanjutnya.
Turut menambahkan, Wakil Rektor Bidang Umum, SDM, dan Keuangan Unmul, Sukartiningsih mengatakan, pihaknya optimis konsep forest city dapat tercapai jika ada peranan dari seluruh pihak.
Para pihak sebagai lembaga pendidikan, tidak akan bosan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dalam beberapa momen yang akan datang. “Edukasi yang diberikan itu nantinya kita harapkan supaya rehabilitasi dapat dilakukan langsung oleh masyarakat kita,” jelasnya.
Sukartiningsih juga ingin peranan media dalam membangun narasi untuk bersama mendukung restorasi tentu juga diperlukan.
Diskusi ini juga dipastikan bukan akhir dari upaya mewujudkan IKN dengan konsep forest city. Nantinya akan ada pertemuan lanjutan dengan mengundang berbagai pihak terkait.
“Agar kita juga bisa bersumbangsih dengan adanya IKN Nusantara di Kaltim ini melalui pemikiran,” pungkasnya. [wip]