(IslamToday ID)— Festival Eco Bhinneka Tahun 2023 di Kota Solo merupakan bagian dari ikhtiar Muhammadiyah melalui Nasyiatul Aisyiyah merawat keberagaman yang ada di Indonesia. Serangkaian acara pun digelar dalam rangka memeriahkan acara mulai dari bazar UMKM, pentas seni, dialog kebudayaan dan napak tilas kebudayaan Surakarta dan Joyotakan, dialog agama dan kelestarian lingkungan, lomba poster pelajar, hingga lomba mewarnai untuk anak-anak.
“Ini merupakan salah satu rangkaian yang sudah dilakukan oleh teman-teman Eco Bhinneka Muhammadiyah di Surakarta yang di awali dari tanggal 20 Juli dan rangkaian puncaknya adalah saat ini 30 Juli 2023,” kata Koordinator Program Eco Bhinneka, Triningsih SE dalam sambutannya pada acara yang bertema ‘Guyup Rukun Agawe Sentosa’ yang bertempat di Taman Cerdas Joyotakan, Serengan, Surakarta pada Ahad, 30 Juli 2023.
Ia mengungkapkan jika pemilihan tema festival memilih peribahasa yang hidup di masyarakat Kota Solo. Sebagai salah satu kota yang hidup dengan ciri khas budaya Jawa, ‘Guyup Rukun Agawe Sentosa’ yakni kerukunan membawa kita pada kesejahteraan.
“Dengan kerukunan, dengan kebersamaan kita bisa mewujudkan kesejahteraaan. Ini adalah salah satu local wisdom yang memang sangat selaras dengan program Eco Bhineka,” ungkapTriningsih.
Ia menjelaskan program Eco Bhinneka adalah sebuah program yang mengkolaborasikan antara lingkungan dan keragaman yang ada di dalamnya. Eco Bhinneka merupakan langkah menggali kembali kearifan lokal dengan semua elemen yang ada di masyarakat demi mewujudkan lingkungan yang nyaman untuk berkehidupan.
“Eco Bhinneka adalah program yang mengkolaborasi dan menggunakan local wisdom. Jadi Eco Bhineka berasal dari eco-nya, berasal dari kata ekologiyang artinya lingkungan dan bhinekanya berasal kata bhineka tunggal ika, salah satu moto Indonesia,” jelas Triningsih.
“Beragam tapi kita tetap satu juga. Jadi dari program eco-bhinneka ini kami berharap bahwa dengan mengaitkan isu-isu lingkungan kita bisa bersama-sama untuk mewujudkan sungai yang bersih dengan menggerakan semua,” tandasnya.
Sejumlah kegiatan dan pelatihan telah dilakukan selama kurun waktu satu tahun lebih Eco Bhinneka. Salah satunya pengumpulan sampah yang digerakan oleh Nasyiatul Aisyiyah Kota Surakarta bersama warga Joyotakan.
Semangat ini pun disambut baik oleh Pemerintah (Pemkot) Kota Surakarta. Wakil Walikota Surakarta, Teguh Prakosa menambahkan bahwa dalam kultur masyarakat Jawa terdapat budaya ‘Saling asah, saling asuh’, saling menghormati saling menghargai.
“Budaya kita ini ‘saling asah, saling asuh (artinya) saling menghormati, saling menghargai’ menuju rukun-rukun yang kita mau. Dados (sehingga) ini pilihan yang tepat, acara dilakukan di Kelurahan Joyotakan,” ujar Teguh saat memberikan sambutan.
Teguh menambahkan jika Kelurahan Joyotakan merupakan salah satu kelurahan di Solo yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukoharjo. Jangan sampai perbedaan tersebut memancing adanya perselisihan antar masyarakat di dua wilayah, Surakarta dan Sukoharjo.
“Saya senang karena pilihan teman-teman Eco Bhinneka jatuh ke kelurahan Joyotakan, salah satu kelurahan di perbatasan dengan Sukoharjo,” ucap Teguh.
“Yang notabenenya ini wilayah-wilayah yang nuwun sewu tetapi rada renggang-renggang sitik, rada plirik-plirikan, rada kenceng-kencengan meniko mboten kenging bapak, ibu sekalian (mohon maaf agak renggang, saling curiga, agak keras, dan itu tidak boleh bapak-ibu semuanya-red),” tegas Teguh. [khs]