(IslamToday ID)— Politikus senior PDIP, Panda Nababan mengemukakan pendapatnya terkait kandasnya ‘Anies-AHY’. Menurutnya semua berawal dari relasi masa lalu yang belum tuntas antara Ketua Majelis Tinggi Partai Demokarat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh (SP).
“Apa yang terjadi sekrang ini jauh hari sudah saya duga, karena ada akar yang belum selesai antara SBY dengan Surya Paloh,” kata Panda dalam video yang tayang di channel youtube Total Politik pada Selasa, 5 September 2023.
Panda menjelaskan permasalahan ini bermula ketika SBY menjabat sebagai presiden, ia meminta Hendarman Supandji yang merupakan Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) untuk mengevaluasi kasus BLBI. Bahkan upaya tersebut tidak berhenti pada tahun 2005, hingga tahun 2008 setelah Hendarman naik sebagai Jaksa Agung salah satunya memeriksa Surya Paloh.
“Artinya ada akar konflik antara mereka berdua yang tidak selesai di mana pada waktu SBY jadi presiden,” ujar Panda.
Meskipun pada akhirnya pengusutan kasus tersebut terpaksa dihentikan karena mendapat serangan dari Metro TV dan Media Indonesia milik SP.
“Dia (SBY) minta jaksa agung Hendarman Supandji memeriksa BLBInya siapa? Surya gituloh dan kemudian pengakuan Sudi Silalahi ke saya. SBY minta berhenti karena nggak tahan menghadapi serangan Metro TV sama kemudian koran Media Indonesia,” ucap Panda.
Ia menegaskan dalam kasus batalnya duet Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Anies Baswedan semua berawal dari kisah masa lalu SBY dan SP yang belum tuntas. Fakta tersebut menjadi variabel penting berubahnya ‘Anies-AHY’ jadi Anies-Cak Imin atau Amin.
“Ada cerita masalalu yang belum selesai. (Kisah masalalu) variabel penting,” tegasnya.
RR: SP Dibalik Success Story SBY 2004
Kisah masa lalu SBY dan SP juga diungkapkan oleh Rizal Ramli yang pernah menjadi bagian dari tim sukses kemenangan SBY-JK pada 2004 silam. Ia mengatakan ada peran Surya Paloh, Metro TV dan Media Indonesia yang meloloskan SBY sebagai presiden.
“Tanpa dukungan Surya Paloh dan Metro TV, SBY mungkin nggak bisa jadi presiden karena dia yang ngegedein,” kata RR dalam forum yang sama.
RR menceritakan bagaimana Metro TV dan Media Indonesia ‘mendramatisasi’ narasi tentang kedzaliman yang dilakukan oleh Megawati dan suaminya Taufik Kiemas. SP melalui dua medianya secara terus menerus mengangkat SBY sebagai ‘korban’ kedzaliman sehingga membantu mengangkat nama SBY pada saat itu.
“Dramanya, pendzaliman itu 3 bulan itu isinya beritanya cuman itu, Taufiq Kiemas-Megawati mendzalimin SBY, dramatisasi luar biasa,” tutur RR.
“Jadi peranan Surya Paloh, Metro untuk menggedekan SBY besar sekali,” imbuhnya.
Ia meminta dalam Pilpres 2024 mendatang, SBY bisa bersikap rasional bahwa AHY belum berpengalaman, belum teruji dalam kepemimpinannya di bidang pemerintahan. Selain itu suara Demokrat di Jawa Timur juga relatif kecil, apalagi dengan situasi politik hari ini harus miliki modal suara atau uang untuk ikut dalam kontestasi pemilu.
“AHY kan belum cukup pengalamannya, belum teruji tapi terus didorong sebagai wapres. Suara, vote besar nggak kalau di Jawa Timur kan memang kecil, Jawa Tengah juga belum tentu… Politik hari ini kalau lo nggak punya vote (suara) lo bawa uang,” ujar RR. [khs]