(IslamToday ID)— PT Media Literasi Nesia yang membawahi tim riset Sultanate Institute dan Museum Abad 1 Hijriyah mengikuti Islamic Book Fair (IBF) 2023 yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta sejak Rabu, 20 September hingga Ahad 24 September 2023. Sejumlah hasil kajian baik berupa buku maupun artefak ditampilkan dalam event rutin tahunan tersebut.
Kepala Bidang Artefak Sejarah, Konservasi, dan Museum Sultanate Institute, Muhammad Shidiq HM mengungkapkan dalam gelaran IBF 2023 ini pihaknya melakukan publikasi deretan hasil riset tiga tahun yang dilakukan oleh tim Sultanate Institute di Pantai Barat Sumatera, tepatnya di Situs Bongal, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Shidiq menjelaskan jika esksitensi dunia Islam pada periode awal masih belum banyak diketahui oleh masyarakat terutama umat muslim di Indonesia. Ajang IBF 2023 merupakan forum yang sangat strategis untuk memperkenalkan eksistensi umat Islam Nusantara kepada seluruh elemen masyarakat.
“Kami menyadari bahwasanya penelitian sejarah tentang umat Islam, tentang eksistensi umat Islam dan hubungannya dengan dunia Islam masa awal dan Nusantara di abad 7 sampai 10 Masehi itu belum banyak orang yang tahu,” kata Shidiq kepada Islamtoday ID di sela-sela kegiatan pada Sabtu, 23 September 2023.
“Karena itu IBF menjadi sarana yang baik bagi kami untuk memperkenalkan hasil penelitian kami, bagaimana umat muslim dunia, di masa awal dari Nabi Muhammad SAW sampai masa Kekhalifahan Bani Umayyah dan Abbasiyah itu ternyata sudah memiliki hubungan yang erat sekali dengan wilayah Nusantara,” imbuhnya.
3 Buku Sejarah Peradaban Islam di Nusantara
PT Media Literasi Nesia memamerkan tiga buku hasil penelitian mereka yang terdiri atas tiga judul buku. Buku pertama Zabaj yaitu Buku Keajaiban Negeri Emas Zabaj Indonesia dalam Catatan Dunia Islam Masa Abbasiyah. Merupakan buku yang berisi tentang kisah-kisah pelayaran muslim pada abad 9-11 Masehi.
“Buku tentang Zabaj ‘Negeri Emas’ itu catatan pelayar muslim era Abbasiyah, yang mengulas tentang bagaimana kondisi Kepulauan Zabaj ini, yang kita kenal dengan Nusantara dari mata pelancong-pelancong Arab terutama dari masa Abbasiyah,” tutur Shidiq.
Buku yang kedua berjudul ‘Kafur, Bahan Aromatika Alami Asal Indonesia Untuk Dunia Islam Masa Umayah dan Abbasiyah (Abad 7 M-13 M). Buku ini menjelaskan getah hasil pohon kafur yang berasal dari kawasan Pulau Sumatra (Dryobalanops Aromatica) yang membedakan dengan komoditas kafur yang berasal dari Cina.
Buku yang ketiga ialah ‘Jejak Perdagangan Maritim Dunia Islam Abad 7 M-10 M Di Pantai Barat Sumatra’. Buku ini banyak mengulas tentang sejarah dampak aktivitas komersial dan interaksi ekonomi di Samudera Hindia.
Koleksi Artefak Sejarah Museum Abad 1 Hijriyah
Selain memamerkan buku-buku hasil penelitian, mereka juga memamerikan aneka benda-benda sejarah, artefak koleksi Museum Abad 1 Hijriyah. Deretan artefak tersebut sekaligus menjadi bukti fisik dari sejumlah fakta sejarah yang berhasil diungkap dalam 3 buku mereka.
Koleksi sejarah yang ditampilkan diantaranya berupa koin-koin era awal abad Hijriyah, peralatan medis, keramik-keramik dari Asia Barat dan China, botol-botol kaca, manik-manik, hingga stempel. Temuan-temuan tersebut menjadi bukti bahwa Nusantara telah memiliki peranan penting dalam sejarah maritim global umat Islam.
“Bahwasanya umat muslim yang berada di Pantai Barat Sumatra, di Kepulauan Nusantara itu adalah orang-orang yang memiliki otoritas resmi entah itu sebagai pedagang atau delegasi. Karena stempel menunjukan sebuah otoritas yang sah pada saat itu,” ungkap Shidiq.
Koleksi Museum Abad 1 Hijriyah yang tidak kalah menarik ialah keberadaan miniatur kapal ‘Dhow’ Arab. Pada masa itu merupakan transportasi utama menuju Nusantara milik para pedagang dari dunia Islam pada abad 7-10 M.
Talkshow Bedah Buku
Pada sesi talshow di IBF 2023, tim Sultanate Institute turut membedah buku hasil penelitian mereka, dengan tema ‘Perkembangan Peradaban Islam di Indonesia abad 1 H/7M’. Pada sesi bedah buku yang berlangsung pada Jum’at (22/9) disampaikan oleh tim riset Sultanate Institute, Tori Nuariza Sutanto dan Muhammad Faizurrahman yang dimoderatori oleh Muhammad Shidiq HM. [khs]