(IslamToday ID) – Pakar hukum tata negara Feri Amsari mengkritik pernyataan bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto yang menganggap dinasti politik hal yang biasa terjadi di Indonesia. Menurut Feri, anggapan itu sesuatu hal yang tidak ada baiknya karena tidak adil bagi masyarakat maupun kader partai politik.
“Tidak adil bagi publik, menerima calon yang kemudian diberikan karpet merah ini, juga tidak adil bagi kader partai politik, yang sudah habis-habisan di partai,” kata Feri, Rabu (25/10/2023).
Oleh sebab itu, Feri berpendapat bahwa upaya pemberian karpet merah dari presiden kepada Gibran dapat merusak demokrasi, baik untuk negara maupun internal partai politik.
“Berapa banyak orang yang diterabas atau dilewati oleh Gibran untuk dapat posisi calon wakil presiden. Tidak hanya bermasalah di kaderisasi di partainya, PDIP, tapi juga di partai lain,” ujarnya.
“Jadi misalnya, orang-orang yang susah payah, bekerja di partai, membangun partai, tiba-tiba harus dilewati oleh seorang anak presiden, di mana baiknya?” tanya Feri dikutip dari Kompas.
Kendati demikian, ia menerangkan bahwa pendapatnya ini bukan berarti tak setuju dengan peluang anak muda memimpin Indonesia. “Problematikanya adalah bagaimana presiden dan keluarganya mencoba merekayasa untuk memberikan jalan yang lebih mudah kepada keluarga itu. Itu problematika utama,” ujar Feri.
Apalagi, lanjutnya, tidak ada mekanisme di internal partai sebagai bagian dari demokrasi untuk kemudian memilih anak muda. Menurutnya, selama ini partai politik masih tidak demokratis mengingat penentuan calon presiden dan calon wakil presiden hanya dilakukan oleh ketua umum partai politik.
“Kan sebuah partai harusnya mempunyai mekanisme tersendiri ya agar lebih demokratis. Sayang, partai kita tidak demokratis ya,” ujarnya. [wip]