(IslamToday ID) – Beredar spanduk bergambar tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa, Petruk, bertuliskan “Dadi Wong Jowo Ojo Lali Jowone” yang artinya “Jadi Orang Jawa Jangan Lupa Jawanya” di Solo dan Semarang, Jawa Tengah. Siapa yang memasang spanduk tersebut?
Salah satu spanduk Petruk “Ojo Ilang Jowone” dipasang di sebelah spanduk Prabowo Subianto dan Presiden Jokowi di Jalan Ahmad Yani atau di depan Terminal Tirtonadi Solo.
Ketua DPC PDIP Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo mengaku tidak mengetahui spanduk tersebut. Pihaknya juga sudah memberikan instruksi kepada kader agar tidak melakukan hal-hal yang merugikan masyarakat.
“Nggak tahu saya, saya malah mengimbau kader saya, dilarang melakukan tindakan yang merugikan masyarakat dan orang lain,” ujarnya dikutip dari DetikCom, Jumat (27/10/2023).
Tak hanya di Solo, spanduk dengan gambar Petruk juga beredar sejumlah titik di Kota Semarang, ada dua jenis yaitu yang berwana kuning dengan Petruk yang menaiki sepeda bertuliskan “Dadi Wong Jowo Ojo Ilang Jowone”. Kemudian gambar Petruk tersenyum dengan tulisan “Ojo Nganti Dari Wong Jowo Lali Jowone”.
Spanduk itu ada di Jalan Brigjen Sudiarto atau Jalan Majapahit di jembatan penyeberangan orang Pasar Gayamsari. Kemudian ada juga di Jalan Fatmawati di dekat Pasar Pedurungan, Semarang.
Kemudian ada juga di Jalan Sriwijaya tepatnya di pertigaan traffic light Jalan Kawi. Tak hanya itu, di Jalan Kawi sendiri juga ada. Naik ke daerah atas yaitu di Jalan Setiabudi juga ada, antara lain sebelum traffic light, Setiabudi, dan sekitar Terminal Banyumanik.
Bendahara DPD PDIP Jateng, Agustina Wilujeng Pramestuti ketika dikonfirmasi mengaku tidak tahu menahu soal spanduk itu.
“Wartawan suka mengait-kaitkan, he-he. Saya kira gerakan budaya. Gerakan budaya, kalau budaya Jawa kan banyak sekali. Saat ini kan banyak sekali, kalau aku sebagai budayawan ya pikirannya adalah karena pengaruh daripada keterbukaan informasi yang bisa membuat orang itu membuka laman apa saja. Maka gerakan untuk mencintai kebudayaan dengan segala isinya itu harus segera digalakkan kembali, terutama pengaruh-pengaruh budaya dari misalnya Korea. Kemudian budaya-budaya dari Barat, dari Timur kan juga banyak sekali,” kata Agustina.
Anggota Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan dan kebudayaan itu menjelaskan, gerakan untuk mencintai kebudayaan sudah berjalan lama dan itu hal yang bagus. Maka jika ada yang mengaitkan spanduk itu dengan politik, berarti mengingatkan agar tidak lupa sebagai bangsa Indonesia.
“Padahal itu gerakan mencintai budaya sendiri, mengimprove, mentransfer kepada generasi muda itu sudah berjalan sejak lama. Kalau menurut saya itu sih, saya melihatnya itu bagus. Kalau mau dikaitkan dengan pemilu ya berarti di manapun berada kita jangan lupa kita ini Indonesia,” tegasnya.
Kepala Satpol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto saat ditanya apakah spanduk-spanduk itu berizin, ia menjawab akan segera menindak. Spanduk tersebut akan diturunkan tim yang sedang berkeliling menurunkan spanduk-spanduk itu.
“Mau kita ambili, Mas. Nanti malam, tadi habis ngambili MMT yang tidak berizin,” kata Fajar. [wip]