(IslamToday ID)— Tingkat kepuasan masyarakat terhadap Presiden Jokowi sangat kontras dengan situasi yang ada di lapangan. Tingkat kepuasan yang tinggi berbanding terbalik dengan harga pangan yang makin tak terjangkau, susahnya mencari pekerjaan hingga akses kesehatan yang sulit bagi masyarakat miskin.
“Tingkat kepuasannya tinggi, terhadap (Presiden) Jokowi. Tetapi ketika ditanya keadaan-keadaan tertentu, mereka menganggap keadaan ini buruk,” kata Peneliti dari PolMark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah dilansir dari channel youtube ‘Abraham Speak Up: Buka Rahasia Data Pemenang Pilpres 2024 & Pemakzulan, Prabowo-Gibran, Anies-Imin, dan Ganjar-Mahfud’ yang diungah pada 26 Oktober 2023.
Eep mengungkap lima keadaan masyarakat di Indonesia menjelang Pemilu 2024 dari hasil survei yang dilakukannya pada Agustus 2023 kemarin. Mulai dari harga kebutuhan pokok yang makin tak terjangkau hingga peta suara Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Ia mengatakan berdasarkan hasil survei diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat menganggap situasi negara sedang tidak baik-baik saja. Pertama harga kebutuhan pokok di 32 provinsi di Indonesia semakin mahal dan tak terjangkau.
“92,6% orang Indonesia di 32 provinsi mengatakan harga kebutuhan pokok semakin tinggi dan tidak bisa mereka terjangkau,” ungkap Eep.
Situasi yang tidak baik-baik saja juga semakin diperparah dengan banyaknya pejabat negara yang terseret kasus korupsi. Hampir 90% responden mengakui hal tersebut.
“Kedua banyak pejabat publik terseret kasus korupsi dan membuat kehidupan kami semakin sulit, 89,5% yang setuju,” ujar Eep.
Eep juga mengungkapkan situasi buruk ketiga di masyarakat ialah semakin susah mencari pekerjaan. Bahkan dalam hal kebutuhan dasar di layanan kesehatan pemerintah juga sangat mengecewakan, program kesehatan belum merata di kalangan masyarakat miskin.
“Lain lagi, sulit mencari pekerjaan sekarang ini 89,5%, program kesehatan belum merata dan belum menjangkau masyarakat miskin 80,3%,” ucap Eep.
Rasa tidak puas masyarakat juga terjadi dalam kebijakan pembangunan infrastruktur. Pembangunan dinilai belum merata, sehingga kesejahteraan masyarakat belum mengalami peningkatan.
“Pembangunan infrastruktur berkembang tapi belum merata sehingga belum memperbaiki kehidupan kami (warga), 76,6 % (masyarakat tidak puas),” tandasnya.
“Jadi yang disebut kegagalan kebijakan bisa saja terjadi sebetulnya, cuman ditimbun oleh kepuasan-kepuasan,” tandasnya.
Eep juga menyampaikan peta suara Pilpres 2024 di Indonesia, masih sangat cair. Hampir 50% pemilih masih belum mantap dalam memilih Anies Baswedan, Ganjar Pranowo atau pun Prabowo Subianto.
“Ini (hasil) survei bulan Agustus, yang pilpres 47,8% atau 48% pemilih kita masih gabungan dari pemilih Ganjar yang belum mantap, pemilih Prabowo yangh belum mantap, pemilih Anies yang belum mantap ditambah yang belum mementukan pilihan,” tutur Eep. [khs]