(IslamToday ID) – Hubungan PDIP dengan Presiden Jokowi dikabarkan memanas pasca putra presiden, Gibran Rakabuming Raka maju menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Prabowo Subianto.
Jokowi dianggap telah mengkhianati PDIP yang selalu mengakomodir kepentingan politiknya sejak maju menjadi walikota Solo pada 2005 silam. Dan pada Pilpres kali ini, Jokowi dinilai akan ikut andil dalam membantu pemenangan Prabowo-Gibran ketimbang pasangan capres-cawapres yang diusung PDIP yakni Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
“Memanasnya hubungan Jokowi dengan PDIP sudah terungkap di publik. Di mana sejumlah elite PDIP mulai mengungkit lagi wacana presiden tiga periode yang digaungkan menteri-menteri dan petinggi partai koalisi pendukung Jokowi sejak 2021 lalu,” kata pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul dikutip dari Republika, Selasa (31/10/2023).
Ia menyebut dalam perseteruan antara PDIP dengan Jokowi yang kini berada di belakang gerbong Koalisi Indonesia Maju (KIM) dapat menjadi keuntungan tersendiri bagi Koalisi Perubahan pengusung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin).
Karena kubu Koalisi Perubahan, katanya, tidak perlu menghabiskan energi dalam pusara konflik dengan kubu mana pun, serta dapat fokus pada agenda pemenangan.
Memang, kata Najmuddin, nama Muhaimin juga disebut-sebut sebagai salah satu sosok yang dulu menggaungkan isu presiden tiga periode atau penundaan pemilu. Tapi ia melihat kini Koalisi Perubahan tidak lagi menggubris isu tersebut dan sama sekali tidak ikut-ikutan meramaikan perserteruan Istana dengan PDIP.
“Ini sebuah keuntungan bagi kubu Anies-Muhaimin. Energi mereka fokus untuk agenda pemenangan serta kampanye,” ujar Najmuddin.
Ia menambahkan, walau elektabilitas Amin masih berada di bawah Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud, tapi fakta acara yang digelar Koalisi Perubahan yang selalu terlihat lebih ramai tidak dapat dipandang sebelah mata.
Najmuddin melihat ada dorongan dari massa tanpa dimobilisasi untuk mendukung Amin. Karena kubu ini dapat mengakomodir aspirasi politik masyarakat Indonesia yang selama ini tidak puas dengan pemerintahan Jokowi selama dua periode.
“Kita tahu bahwa survei bukanlah gambaran pasti hasil rekapitulasi suara Pilpres oleh KPU nanti. Ini harus jadi perhatian kubu Ganjar dan kubu Prabowo,” pungkas Najmuddin. [wip]