(IslamToday ID) – Pengamat politik Ray Rangkuti menegaskan gaya kepemimpinan Presiden Jokowi mirip dengan gaya kepemimpinan Soeharto.
“Dari setahun yang lalu saya menyampaikan bahwa gaya kepemimpinan Pak Jokowi ini kurang lebih sama dengan gaya kepemimpinan Pak Harto, kurang lebih ya. Kurang lebih ini seperti 11-12 dengan Pak Harto gaya kepemimpinannya. Saya enggak mengatakan rezim itu seluruhnya,” kata Ray dikutip dari kanal YouTube Abraham Samad Speak Up, Jumat (1/12/2023).
Ia menilai ada tiga ciri-ciri yang membuktikan pernyataannya tersebut. Ciri pertama adalah kepemimpinan Jokowi itu anti-kritik, sama seperti masa Orde Baru.
“Nah anti-kritik itu terlihat dari sekarang. Sedikit-sedikit orang dikriminalisasi. Banyak orang yang berbeda dengan pemerintahan yang sekarang, lalu dikriminalisasi dengan banyak pasal,” ujarnya.
Ciri kedua yang membuktikan kesamaan gaya kepemimpinan Jokowi dan Soeharto yaitu lebih mendahulukan pembangunan fisik daripada mental bangsa.
“Jadi demi pembangunan fisik enggak apa-apa sedikit dikesampingkan pembangunan adab, etika, moral, demokrasi, HAM, dan sebagainya. Itu tidak jadi prioritas, yang penting tuh jembatan, infrastruktur, macam-macam, dan sebagainya. Itu cara berpikir Orde Baru,” jelas Ray.
Seperti amanah dari para pendiri bangsa, maka pembangunan fisik dan moral Indonesia harusnya berjalan beriringan.
“Saya bilang Orde Baru itu melihat bahwa bangsa itu yang penting fisiknya, padahal amanah dari pendiri bangsa kita adalah dua-duanya harus jalan seiring, fisik dengan mentalitasnya ya,” tuturnya.
“Oleh karena itulah, (lagu) Indonesia Raya itu kan disebutkan ‘bangunlah jiwanya, bangunlah raganya’. Yang raga itu ya fisik, infrastruktur, macam-macam. Jiwa itu apa? Ya demokrasi, moral Pancasila, adab gitu. Itu yang termaktup semuanya di dalam Pancasila,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ray menegaskan menolak ide soal tiga periode atau perpanjangan masa jabatan yang muncul di era Jokowi.
“Itu semua saya tolak karena bertentangan dengan prinsip keempat Pancasila, musyawarah. Nah musyawarah itu adalah semua orang harus terlibat, semua orang harus dilibatkan. Ada kalanya kita pimpinan musyawarah, ada kalanya orang lain pimpinan musyawarah,” tutur Ray.
Selanjutnya, kepemimpinan Jokowi memiliki kecenderungan nepotisme seperti di era Orde Baru. “Nah yang ketiga adalah punya kecenderungan untuk mewariskan kekuasaan (nepotisme) seperti yang juga terjadi di era Orde Baru,” tegasnya.
Bahkan dalam era Jokowi, Ray mengatakan praktik nepotisme jauh lebih parah. “Kalau soal dinasti ini jelas jauh lebih parah dibandingkan dengan Orde Baru,” pungkasnya. [res]