(IslamToday ID) – Banyak pihak menilai Presiden Jokowi tidak netral dalam pemilu 2024 ini. Jokowi disebut-sebut mendukung pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto yang berpasangan dengan putra presiden, Gibran Rakabuming Raka.
Pengamat politik Ikrar Nusa Bakti mengatakan seharusnya keberpihakan tidak dilakukan Jokowi dalam kapasitasnya sebagai Presiden RI.
“Sebetulnya seorang presiden yang masih menjabat harus kita buat undang-undang tidak boleh mengajukan istri, anak, kerabat. Dulu pernah ada undang-undang mengenai pemilihan kepala daerah pasal mengenai itu, tetapi dianulir oleh MK karena dianggap tidak demokratis,” kata Ikrar dikutip dari YouTube Metro TV, Senin (8/1/2024).
Padahal, menurutnya, undang-undang tersebut sangat demokratis. “Anda bisa bayangkan kalau misalnya seorang presiden yang masih menjabat kemudian anaknya menjadi calon wakil presiden atau presiden, dia pasti akan menggunakan kekuasaannya untuk mempengaruhi elektabilitas anaknya,” jelasnya.
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Tunisia ini lantas mengatakan apabila saat ini masyarakat masih menginginkan Presiden Jokowi untuk netral, maka itu sulit.
“Kalau masyarakat menginginkan presiden netral itu sama saja mimpi di siang bolong yang tidak akan menjadi kenyataan,” tegasnya.
Ikrar lantas memberikan solusi agar demokrasi di Indonesia tetap berlanjut dengan cara tidak memilih capres yang didukung oleh presiden saat ini.
“Kalau saya tegas saja. Kalau kita ingin ini tidak berlanjut, kita jangan memilih paslon yang oleh presiden (didukung). Sebab kalau ini lolos dalam pemilu 2024, ini akan diikuti oleh presiden-presiden yang lain yang nanti akan menang.”
Selain itu, apabila Prabowo menang bukan tidak mungkin dinasti yang dibangun Jokowi akan menjadi semakin kuat.
“Dinasti politik semacam ini khususnya di keluarga Jokowi bukan tidak mungkin terjadi. Apalagi Jokowi tidak hanya memasang anak sulungnya, anak bungsunya (Kaesang Pangarep) juga sekarang menjadi ketua partai dan menantunya tidak mustahil akan menjadi calon gubernur,” pungkasnya. [ran]