(IslamToday ID) – Prabowo Subianto dinilai gagal mengubah strategi menjadi gemoy dari sikap gaya komando yang selama ini melekat pada dirinya. Yang disampaikan Prabowo dalam debat ketiga capres-cawapres pada Ahad malam juga dianggap tidak sesuai fakta.
“Dia tampil mempersembahkan untuk kedua kalinya mempermalukan posisinya di ruang debat capres. Yang disampaikan Prabowo itu omong kosong. Kalau kita mau mengkonfirmasi soal histori komitmen terhadap keamanan dan pertahana, Prabowo itu bagian dari problem. Problem masa lalu,” kata kritikus politik Faizal Assegaf dikutip dari YouTube Realita TV, Rabu (10/1/2024).
Sebagai pribadi, lanjutnya, Prabowo juga dikenal masyarakat sebagai pelaku pelanggaran HAM di zaman Orde Baru.
“Tidak lepas dari stigma dugaan keterlibatan dia dalam skandal kekerasan berdarah, pelanggaran HAM 98. Kemudian pada saat Pak Harto lengser dari kekuasaan, orang yang pertama melarikan diri itu Prabowo,” paparnya.
Sehingga dengan latar belakang yang dimiliki, susah untuk melakukan konfirmasi terhadap apa yang menjadi komitmen Prabowo. Prabowo juga terlihat sebagai orang yang gagal mengelola emosi.
“Prabowo juga masih belum lepas karakter politik di kemiliteran. Beliau belum menjadi seorang yang elegan, terbiasa berdebat. Di saat menerima sindiran dari Ganjar dan Anies terlihat Prabowo gagal menyembunyikan watak emosionalnya,” kata Faizal.
“Sedangkan untuk Ganjar dan Anies publik banyak memberikan apresiasi. Terlebih di ujung pidato debat capres yang disampaikan Pak Anies itu sangat sempurna. Suatu penyampaian tanpa teks, dijelaskan secara konstruktif, poin-poinnya ditangkap oleh publik,” lanjutnya.
Dalam kesempatan itu secara terang-terangan Faizal mengaku kecewa lantaran ia merupakan salah satu orang yang mendukung Prabowo untuk ikut berkompetisi dalam Pilpres 2024. Namun yang terjadi Prabowo justru hanya terlihat sebagai kepanjangan tangan dari Jokowi.
“Sejak awal saya mendukung Prabowo dalam arti mencoba mendorong dia berkompetisi calon presiden murni, tapi Pak Prabowo datang dengan bayang-bayang yang sangat kuat. Satu beban psikologi sebagai orang yang dipaksakan oleh Jokowi untuk mengusung terminologi lanjutkan,” ungkapnya.
“Ketika Prabowo tampil di debat capres, panggung-panggung penyampaian visi calon presiden terlihat dia sebagai juru bicara. Juru bicara Istana, juru bicara APBN, juru bicara Menhan, bukan sebagai calon presiden yang mengajak kepada loncatan yang visioner,” tambahnya.
Faizal lantas mengimbau kepada Prabowo, pada debat terakhir nanti bukan lagi debat. Seharusnya Prabowo berdiri sebagai satria berbicara jujur apa adanya. Dengan menyampaikan maaf kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa tidak mau lagi diperalat oleh Jokowi, tidak mau menjadi tukang gendong kepentingan politik Gibran. Dan merelakan rakyat memilih Ganjar dan Anies. [ran]