(IslamToday ID) – Mantan Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Trikasih Lembong mengatakan perekonomian Indonesia melemah sejak kepemimpinan Presiden Jokowi.
“Kalau UMKM kita saat ini lagi sulit, itu bukan salah mereka karena faktanya ekonomi kita sangat lemah dan kondisi itu mungkin sudah berlaku mungkin 10 tahun,” kata pria yang akrab disapa Tom Lembong ini dikutip dari YouTube Kasisolusi, Senin (15/1/2024).
“Jadi beda sekali dengan narasi pemerintah yang selalu menggarisbawahi bahwa ekonomi kita pertembuhannya 5 persen per tahun itu tinggi dibanding negara lain, tertinggi di antara negara-negara G-20. (Padahal) Faktanya ekonomi negara kita lemah. Jadi daya belinya tidak ada,” lanjutnya.
Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini lantas memberikan beberapa indikasi yang membuktikan lemahnya ekonomi Indonesia.
“Dalam sebuah ekonomi perlu yang namanya permintaan dan ada beberapa faktor yang menyebabkan permintaan ini lemah. Misalnya faktor moneter, faktor fiskal, atau faktor lain. Tapi yang kami yakini sebagai faktor utama yang membuat ekonomi lemah adalah adanya ketimpangan,” jelasnya.
Tom Lembong yang juga pakar ekonomi makro ini lantas mencontohkan ketimpangan ekonomi yang terjadi di negara ini.
“Jadi bisa saja pertumbuhan segitu hanya dimotori oleh segelintir sektor saja yang pertumbuhannya tinggi, yakni dialami oleh komoditas seperti nikel, batu bara, sawit, kopi, kelapa, kelautan yang hanya 20 persen mencakup seluruh masyarakat. Sementara sektor lain pertubuhannya lemah bahkan turun terus, atau minus setiap tahun,” jelasnya.
Dengan fakta tersebut, Tom mengatakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan sehat hanyalah sebuah mitos.
Dirinya juga menyoroti proyek Ibukota Nusantara (IKN) yang digadang-gadang dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian negara, padahal itu bukan solusi. Justru itu dapat mengakibatkan inflasi karena yang dibangun di IKN hanya gedung-gedung pemerintah bukan pabrik.
“Memindahkan PNS dari satu tempat ke tempat lain tidak meningkatkan produktivitas, malah biayanya luar biasa sekali,” jelasnya.
Tom kemudian memberikan contoh negara yang pernah mengalami hal serupa. “Di tahun 1970-an Brazil bikin ibukota baru namanya Brazilia di tengah hutan dengan anggaran yang besar. Negara tidak punya uang sehingga ambil solusi cetak uang, akibatnya inflasi meroket. Inflasi tinggi merusak ekonomi Brazil selama 20 tahun,” bebernya.
Hal yang sama juga dialami Mesir. Akibat ingin membangun ibukota baru, Mesir mengalami krisis keuangan.
“Mesir juga lagi bangun ibukota baru bahkan sudah setengah jadi dengan anggaran yang besar, dan itu sekarang mengakibatkan krisis keuangan di Mesir. Mereka membangun ibukota besar yang tidak punya dampak pada perekonomian secara menyeluruh,” tuturnya.
Lantas, dampak nyata dari adanya inflasi bagi UMKM adalah adanya pemenang dan kalah.
“Yang menikmati inflasi adalah usaha-usaha besar yang punya brand, sehingga mudah menikkan harga seiring adanya inflasi. Yang kena negatifnya biasanya UMKM karena tidak punya kekuatan untuk menaikkan harga. Kalau menaikkan harga, nasabah langsung mengurangi volume pembelian karena inflasi menyebabkan harga pangan naik, iuran sekolah naik, dompet konsumen terkuras. Jadi inflasi itu paling jahat dari segi keadilan,” pungkasnya. [ran]