(IslamToday ID) – Pengamat komunikasi politik Universitas Brawijaya (Unibraw) Anang Sujoko menilai Jokowi sebagai presiden yang tidak konsisten. Pasalnya, beberapa waktu lalu mengatakan akan netral, tetapi sekarang secara terang-terangan menyatakan akan berpihak dan berkampanye.
“Ini semakin membuka bahwa beliau memiliki kepentingan yang luar biasa untuk memenangkan salah satu paslon. Sangat-sangat terbuka publik juga menangkap semacam itu,” kata Anang dikutip dari YouTube MetroTV, Kamis (25/1/2024).
“Saya sependapat dengan salah satu penulis dari Australia yang menyebut beliau (Jokowi) sebagai the man of contradiction jadi dalam banyak hal memang pernyataan-pernyataan beliau itu tidak hanya kontradiksi dengan yang disampaikan terdahulu, tapi juga dengan tindakan, perilaku, dan yang jadi kebijakan ada ketidakkonsistenan,” lanjutnya.
Seharusnya sebagai kepala negara, Jokowi mampu bersikap netral demi berlangsungnya pemilu yang jujur, adil, dan demokratis.
“Kalau melihat posisi beliau sebagai seorang kepala negara, beliau juga harus memastikan keamanan, kelancaran Pilpres, tetapi ternyata dia menjadi aktor dalam permainan ini. Dalam aturan memang tidak dilarang, tapi kita bicara tanggung jawab moral sebagai kepala negara untuk memastikan kelancaran Pilpres kali ini,” tuturnya.
Namun, dengan pernyataan Jokowi yang secara terang-terangan mengatakan akan ikut berkampanye dan memihak salah satu paslon, maka tidak diragukan kalau pada akhirnya pemilu tidak akan berjalan demokratis.
“Ketika beliau sudah masuk dalam permainan ini, patut diduga nanti permainan-permainan ini jadi sebuah ketidaknetralan, itu keniscayaan terjadi,” terangnya.
Lebih mengkhawatirkan, lanjutnya, apabila alat kekuasaan negara kemudian digunakan untuk mendukung paslon tertentu yang didukung oleh presiden. Netralitas TNI, Polri, ASN pun dipertanyakan.
“Orang yang seharusnya memantau tapi ikut bermain, maka yang terjadi pastilah kekacauan,” pungkasnya. [ran]