(IslamToday ID) – Pakar komunikasi politik UGM Nyarwi Ahmad menilai kunjungan para capres dan juga Presiden Jokowi kepada Sultan Hamengku Buwono X semata untuk memberikan pengaruh pada masyarakat dengan tujuan meningkatkan elektabilitas dalam pemilu 14 Febuari 2024 mendatang.
“Keberadaan Sri Sultan itu kan sebagai tokoh nasional, tokoh reformasi, dan juga Raja Mataram, Keraton Yogyakarta. Di situ punya kekuatan simbolik bisa menjadi rujukan dan memunculkan eskalasi pengaruh ke pemilih,” kata Nyarwi dikutip dari YouTube Kompas, Rabu (31/1/2024).
Meski diakui Nyarwi, Sri Sultan bukan pemain elektoral tetapi dalam konteks struktur budaya, pengaruh politik di Jogja dan sekitar terasa kuat. Begitu juga dengan jumlah pemilih, Jogja juga bukan daerah yang memiliki banyak jumlah pemilih.
“Ini yang menjadikan daya tariknya kuat dan itu gak hanya Pilpres kali ini, biasanya itu seperti ritual. Pilres sebelumnya juga seperti itu. Karena keberadaan Yogyakarta punya sejarah tersendiri,” tuturnya.
“Jumlah pemilih mungkin gak besar, tetapi kita tahu Jogja dan sekitarnya, hari ini diapit kanan kiri oleh Jawa Tengah. Ini bisa dikaitkan dengan konteks Pilpres secara elektoral menjadi battle ground,” sambungnya.
Seperti diketahui pada Ahad (29/1/2024) Presiden Jokowi bertemu dengan Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamungku Buwono X. Dalam pertemuan tersebut Jokowi mengaku membahas berbagai hal mulai dari ekonomi hingga politik nasional.
Sebelumnya, ada Prabowo-Gibran yang juga menemui Sri Sultan pada Senin (22/1/2024). Kedatangan keduanya bermaksud minta izin karena akan melakukan kampanye di daerah tersebut.
Kemudian ada juga capres Ganjar Pranowo yang bertemu Sri Sultan pada Rabu (27/1/2024). Dalam pertemuanyang berlangsung selama dua jam tersebut, Ganjar menyebut dirinya dan Sri Sultan hanya melakukan diskusi. Selanjutnya, capres Anies Baswedan juga mengunjungi Sri Sultan dengan waktu yang berbeda. [ran]