(IslamToday ID) – Ketua Jaringan Media Siber Indonesa (JMSI) yang juga pendiri Kantor Berita Politik RMOL, Teguh Santosa menilai peran media menuju Pilpres 2024 sejauh ini bagus. Media berperan sebagaimana mestinya menjadi pengingat, pencatat, referensi bagi pemilih dan politisi. Bahkan, Kominfo mengatakan di bulan Januari 2024 jumlah berita hoaks mengalami penurunan.
“Kominfo menyebutkan bahwa Januari 2024 terjadi penurunan informasi, berita hoaks dan ujaran kebencian dibandingkan pemilu sebelumnya. Ini bagus karena barangkali kita sudah sama-sama belajar. Masyarakat kita di dunia nyata maupun maya lebih mementingkan substansi dan kebenaran daripada perang statemant,” kata Teguh dikutip dari YouTube Hendri Satrio, Sabtu (10/2/2024).
“Dan setiap capres paham ini perang program. Dalam debat terakhir kemarin kita lihat Prabowo bilang makan gratis karena dia tahu harus program. Ganjar ngomong internet gratis, Anies ngomong tentang pendidikan gratis. Publik juga tahu ini perang program,” sambungnya.
Disinggung mengenai banyaknya grup band maupun artis yang banyak mendukung paslon baik 01, 02, maupun 03, apakah memberikan efek positif bagi para pasangan calon, ia mengiyakan.
“Mungkin ada karena setiap band kan punya gerbong fans, tapi apakah itu berbanding lurus itu belum tentu,” katanya.
Sementara, mengenai ketakutan akan pergantian rezim pemerintahan dan pengaruhnya terhadap kebebasan pers, Teguh mengaku sekarang sudah bukan saatnya.
“Rezim fasis (otoritarianisme) seperti yang kita takutnya, saya rasa itu sudah bukan zamannya lagi. Jadi kalau orang punya intensis untuk menjadi fasis tidak terlalu khawatir karena sudah bukan zamannya. Tapi kalau tetap begitu dia akan tumbang,” katanya.
Teguh juga tidak setuju dengan adanya anggapan bahwa nanti suatu saat apabila Indonesia dipimpin oleh orang yang tidak tepat maka Indonesia akan bernasib sama dengan Korea Utara.
“Gak akan sama, budayanya sudah berbeda, sejarahnya berbeda. Terus tiba-tiba membuat kita menjadi satu partai itu gak bisa. Gak mungkin jadi kalau ada yang bermimpi menjadi fasis di Indonesia, ini gak bisa. (Terlebih) Banyak aktivis yang masuk ke setiap partai, ada Budiman Sudjatmiko dan lainnya,” pungkasnya. [ran]