(IslamToday ID) – Pakar komunikasi politik UGM Nyarwi Ahmad menyebut langkah Presiden Jokowi menarik Partai Demokrat masuk ke pemerintahan dengan melantik Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi Menteri ATR/BPN merupakan politik akomodasi.
“Menurut saya yang jelas paling mengemuka itu politik akomodasi yang dilakukan Pak Jokowi. Ini bukan yang pertama, pertama itu ke Pak Prabowo ketika beliau menjadi menteri, dan masih ada beberapa lagi,” kata Nyarwi dikutip dari YouTube KOMPAS TV, Kamis (22/2/2024).
“Karena beliau-beliau (AHY, Prabowo) ini kan simbol-simbol tokoh partai. Termasuk Demokrat kita tahu sebelumnya sangat kritis menyoroti dan sangat kritis menyuarakan apa yang dianggap kelemahan pemerintahan. Demokrat juga berada di luar pemerintahan. Itu politik akomodasi,” lanjutnya.
Ia juga menyebut apa yang dilakukan Jokowi merupakan bentuk apresiasi kepada tokoh-tokoh yang dianggap memiliki potensi untuk memperkuat pemerintahannya, tetapi juga mengandung jebakan yang dinggap kurang baik.
“Dalam artian Mas AHY, berpikirnya dalam logika positif, Mas AHY memiliki potensi yang tinggi apakah Kementerian ATR/BPN saat ini menjadi panggung yang tepat untuk pertama kali karier Mas AHY di jajaran eksekutif bersama Pak Jokowi. Karena panggung itu akan menjadi peluang sekaligus tantangan untuk menunjukkan performa dirinya di mata elite lain juga pemilih,” papar Nyarwi.
Reshuffle kabinet kali ini juga dianggap dosen UGM itu sebagai sesuatu yang langka, pasalnya baru kali ada pergantian menteri di tengah perhitungan suara yang belum resmi diumumkan. Sebetulnya hal tersebut sah-sah saja, namun bisa menimbulkan multi interpretasi.
“Plusnya Mas AHY ini dapat ikut di gerbong Pak Jokowi di akhir sehingga tahu dilema-dilema yang sedang dihadapi, tetapi sekaligus juga bisa mengawal proses transisi yang bisa merumuskan agenda-agenda yang akan datang,” ucapnya.
Dengan dilantiknya AHY menjadi menteri, ujar Nyahwi, juga menunjukkan tingginya kepercayaan Presiden Jokowi terhadap pribadi AHY dan juga Partai Demokrat. [ran]