(IslamToday ID) – Pengamat politik Ikrar Nusa Bakti menilai Presiden Jokowi sebagai penguasa tanpa tanding. Julukan ini disematkan Ikrar usai Jokowi membahas makan siang dan susu gratis sebagai salah satu agenda dalam rapat kabinet baru-baru ini.
“Kalau menurut saya ini adalah contoh lain dari bagaimana Presiden Jokowi menempatkan dirinya itu benar-benar sebagai penguasa yang tidak ada tandingannya. Yang tidak harus mengikuti undang-undang dan sebagainya,” kata Ikrar dikutip dari YouTube METRO TV, Kamis (29/2/2024).
“Kalau kita perhatikan, Presiden Jokowi sendiri juga menggunakan bantuan sosial (bansos) sampai Juni 2024 (seharusnya) melalui DPR. Karena bansos ada masa berlakunya. Kalau memang sampai 2023 ya sampai 2023. Kalau sampai 2024 harus ada batasannya,” jelasnya.
Tidak hanya itu, sikap mengabaikan undang-undang yang dilakukan Jokowi juga bongkar Ikrar satu per satu. Seperti memerintahkan para menteri untuk ikut mengumpulkan suara bagi paslon 02 dalam pemilu 14 Febuari lalu.
“Ini juga yang dilakukan oleh aparat negara yang lain termasuk Kepolisian RI yang sangat kasatmata. Sementara menyangkut anggaran, memang anggaran diajukan sampai Maret untuk pemerintahan ini yang akan berlangsung hingga 2024, tapi sepertinya anggaran-anggaran itu dipaksakan agar Kementerian Keuangan mempersiapkan anggaran untuk makan siang dan susu gratis,” paparnya.
Ikrar juga menilai adanya anggaran makan siang dan susu gratis dalam RAPBN di pemerintahan Jokowi akan menimbulkan defisit.
“Kalau ini dituruti benar-benar anggaran APBN kita tahun depan berdarah-darah. Makanya Ibu Sri Mulyani mengatakan akan terjadi defisit anggaran belanja negara sampai 2,6 persen. Dari mana menutupinya? Pasti lagi-lagi utang,” tutur Ikrar.
Menurutnya, akan lebih elok apabila di akhir masa jabatan Jokowi berkonsentrasi memenuhi semua janji yang pernah diucapkan saat berkampanye dan menjadi presiden.
“Jokowi pada awal pemerintahannya yang mengatakan bahwa Indonesia akan swasembada pangan khususnya beras ternyata di akhir masa jabatannya justru impor beras gila-gilaan khususnya untuk bansos. Ini yang akhirnya membuat beras-beras premium hilang dari pasaran,” pungkasnya. [ran]