(IslamToday ID) – Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto blak-blakan soal status Presiden Jokowi apabila nantinya sudah tidak lagi menjabat sebagai presiden pada Oktober mendatang. Sebagai partai yang memiliki integritas tinggi, PDIP tidak akan dengan mudah menerima kembali Jokowi yang dinilai telah melakukan abuse of power selama menduduki jabatan tertinggi di republik ini.
Hasto menilai Jokowi juga telah melanggar nilai-nilai luhur partai yang menjunjung tinggi Pancasila.
“PDIP partai yang punya prinsip, kita bukan gerombolan yang mengejar kekuasaan. Kami punya nilai-nilai sejarah, punya idealisme yang dibangun. Kami melakukan penjabaran terhadap falsafah kehidupan berbangsa, Pancasila yang bersumber pada pemikiran Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 yang telah diterima secara aklamasi dalam sidang BPUPKI. Itu sebagai direction dari ideologi bangsa,” kata Hasto dikutip dari YouTube Liputan6, Selasa (19/3/20204).
“Kami digerakkan oleh nilai falsafah. Ketika seseorang telah melanggar nilai-nilai yang ada di dalam demokrasi, artinya sudah ada gap. Gap ini menyangkut karakter,” lanjutnya.
Perbedaan pandangan antara Jokowi dengan PDIP tidak hanya dirasakan oleh para elite, tetapi juga oleh semua kalangan internal PDIP.
“Kami telah bertemu dengan semua jajaran DPD, mereka juga melihat gap yang sangat besar ini di dalam konsepsi tentang kekuasaan yang seharusnya diisi oleh etika, moral, dan komitmen tentang nilai demokrasi, komitmen terhadap prinsip kedaulatan rakyat, dan itu terus terang sudah ada perbedaan jurang pemisah yang cukup besar,” jelasnya.
Meski hingga saat ini masih memegang Kartu Tanda Anggota (KTA) PDIP, namun secara nilai Jokowi sudah bukan bagian dari PDIP. Apabila pada akhirnya Jokowi ingin kembali, menurutnya, menjadi sesuatu yang mustahil karena perbedaan antara PDIP dan Jokowi sangat jauh.
“Sehingga menjadi anggota partai kan bukan diukur oleh KTA, tapi oleh perilaku, komitmen, dan nilai-nilai yang dibangun. Perbedaannya sangat fundamental,” bebernya.
Hasto lantas membandingkan antara Megawati dengan Jokowi tatkala berada di puncak kekuasaan. Dikatakannya, Megawati tidak pernah melakukan intervensi apapun ketika menjadi presiden. Baik intervensi hukum maupun kemenangan.
Bahkan ketika ada instrumen yang membisikkan cara untuk meraih kemenangan, Megawati bergeming. “Saya tidak mau pakai cara seperti itu,” ucap Hasto menirukan Megawati. [ran]