(IslamToday ID) – Peneliti Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3SE), Ward Barenschot membocorkan struktur anggota terorganizir dari buzzeRp hingga pendapatan mereka.
Hal ini dikatakan saat diskusi ‘Pasukan Siber, Manipulasi Opini Publik dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia’, Senin (1/11/2021).
Peneliti LP3ES dari Universitas Amsterdam ini juga menyebutkan hasil pantauan itu berasal dari 78 responden yang diwawancarai. Hasilnya disebutkan buzzeRp memiliki beberapa struktur di dalamnya, seperti buzzer, konten kreator, koordinator, hingga influencer dan menerima gaji yang cukup tinggi.
Dia pun menjelaskan hasil yang didapatnya, pertama buzzer merupakan pihak yang mendistribusikan konten yang telah diproduksi, menggunakan akun-akun media sosial seperti di antaranya di Twitter.
BuzzeRp Itu adalah orang yang mendistribusikan konten. Kami menemukan BuzzeRp sudah memiliki akun di antara 10 sampai 300 akun Twitter yang mereka gunakan agar cepat dan semi otomatis menyebar konten
Tak hanya itu, para buzzeRp juga mendapatkan penghasilan rata-rata Rp5-6 juta per bulan, Bisanya praktik tersebut dilakukan pada masa kampanye politik.
Dalam struktur terorganisir, masih ada peran-peran lainnya yaitu konten kreator. konten-konten yang disebar oleh para buzzer sebelumnya dibuat oleh para konten kreator. Ward Barenschot menyebut konten kreator itu bertugas mengemas konten agar dapat diterima oleh publik yang menjadi sasaran, sehingga konten yang disebar oleh para buzzer menjadi trending di media sosial.
Di samping itu ia menjelaskan ada sosok koordinator yang mengatur momentum unggahan dalam konten yang diproduksi, agar bisa menjadi isu yang trending.
Ward menilai sosok koordinator itu adalah posisi penting saat menyebarkan isu. Koordinator akan menyebarkan konten dan memberi intruksi ke buzzer sesuai rentang waktu.
Lebih lanjut, ada pula pihak influencer. Ward mengatakan meski influencer itu bukan merupakan anggota yang terorganisir, namun pasukan siber, kata dia, sering menggunakan popularitas influencer untuk mendukung salah satu calon politik, hingga kebijakan pemerintah.
Para Influencer juga kerap dilibatkan dalam penyebaran isu, lantaran mendapatkan uang untuk mendukung salah satu calon politik, hingga kebijakan pemerintah.
Dilain sisi, Direktur Center Media dan Demokrasi LP3ES, Wijayanto mengatakan berdasarkan informasi yng dihimpun dari 78 buzzer, tak semua responden bersedia mengungkap besaran pendapatan.
“Jadi tidak semua mau menyebutkan angkanya. Jadi ada pendengung di sana perkiraanya 50-100 per akun Rp2-7 juta,” ujar Wijayanto