ITD NEWS — Peneliti Institute for Development of Economic Studies (INDEF), Nailul Huda menjelaskan tentang banyaknya anak remaja menjadi korban pay later. Kemudahan mengakses pinjaman, pengguna layanan tunda bayar (pay later) membuat remaja terjebak utang rata-rata sebesar Rp 2,8juta.
“Ini perlu diwaspadai untuk karakter pinjaman macet itu sekarang perkembangannya lebih tinggi untuk peminjam yang usianya di bawah 19 tahun,” kata Nailul dilansir dari bbcindonesia (29/12/2022).
“Karena sistem paylater ini mudah, bisa connect secara digital, generasi muda yang lebih efektif banyak yang mengajukan padahal belum punya pendapatan,” imbuhnya.
Kemudahan prosedur penggunaan pay later membuat pengguna terlena, seorang remaja dengan mudahnya bisa mengakses rata-rata sebesar Rp 2,8juta. Jumlah tersebut termasuk tinggi jika dilihat dari kelompok umurnya.
“Rata-rata kredit macetnya itu Rp 2,8 juta per orang, itu adalah angka tertinggi kalau dibandingkan dengan kelompok umur lainnya,” jelasnya.
Fenomena maraknya Gen Z yang terjebak utang diduga berkaitan dengan rendahan literasi keuangan di Indonesia. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang dilakukan OJK literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 49,68%.