ITD NEWS — Utang perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun 2022 mengalami kenaikan. Jumlah kenaikan mencapai Rp 60 triliun, dari Rp 1.580 triliun naik menjadi Rp 1.640 triliun.
Dilansir dari liputan6com, Senin (13/2/2023), Menteri BUMN, Erick Thohir menjekaskan tentang utang BUMN senilai Rp 1.640 triliun itu belum diaudit. Ia mengungkapkan sekalipun utang mengalami kenaikan namun rasio utang terhadap modal itu mengalami penurunan dari 36,2% menjadi 34,2%.
“Ada yang bilang utangnya naik. Tapi di sisi lain ekuitasnya juga naik. Ini yang kita tekankan, bahwa persepsi BUMN banyak utang tidak dijaga dengan ekuitas yang baik itu salah,” ungkap Erick dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR pada Senin, 13 Februari 2023.
“Ada yang bilang utangnya naik. Tapi di sisi lain ekuitasnya juga naik. Ini yang kita tekankan, bahwa persepsi BUMN banyak utang tidak dijaga dengan ekuitas yang baik itu salah,” ungkap Erick dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR pada Senin, 13 Februari 2023.
“Bisa kita lihat, modal kita itu Rp 3.150 triliun. Dibandingkan utang jauh lebih kecil utangnya,” tegasnya.
Salah satu BUMN yang memiliki utang cukup besar ialah BUMN Karya, dilansir dari cnbcindonesia (14/2/2023) berikut rincian utang tiap BUMN pada periode September 2022:
Utang paling besar dimiliki oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) senilai Rp 82,4 triliun. Lalu diikuti oleh PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatatkan sebesar Rp 56,76 triliun.
Sementara, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) sebesar Rp 43,43 triliun dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) sebesar Rp37,68 triliun.19:55
Sementara, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) sebesar Rp 43,43 triliun dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) sebesar Rp37,68 triliun.19:55