ITD NEWS — Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengkritisi kebijakan impor beras sebanyak 2juta ton sepanjang tahun 2023. Ia mengemukakan bahwa kebijakan impor beras tahun ini seperti mengulang fenomena impor beras yang cenderung naik drastis menjelang pemilu.
“Ini perlu diwaspadai karena momen impor beras selalu tinggi jelang pemilu. 2019 Indonesia impor beras 2,25 juta ton. Ada celah rent seeker atau pemburu rente dari kebijakan impor beras,” ujar Bhima dilansir dari tirtoid, Ahad (2/4/2023).
Bhima merasa heran dengan tren kenaikan impor beras yang selalu terjadi setiap menjelang pemilu. Pola dan fenomena impor beras yang terus berulang ini dinilai bukan lagi berbicara tentang inflasi tapi ada motif berburu rente oleh oknum tertentu.
“Kenapa selalu impor beras bengkak setiap jelang pemilu? Ini bukan persoalan menjaga inflasi, tapi ada kepentingan rente,” tegasnya.
Fenomena kenaikan impor beras sudah terjadi sejak tahun 2002 dan 2003, jelang Pemilu 2004 silam. Data BPS menyebut pada saat itu impor beras senilai 342,53 juta US$ dan 291,42 juta US$.
Naiknya impor juga terjadi jelang pemilu 2009 dan 2014. Masing-masing senilai 467,72 juta US$ (naik 252% dari tahun 2006) sementara pada tahun 2014 senilai 388,18 juta US$ (naik 57,79% dari tahun 2013).
Begitupula menjelang Pemilu 2019, impor beras tahun 2018 mengalami kenaikan hingga 622% dari tahun 2017 menjadi 1,04 triliun US$.