ISLAMTODAY ID-The Middle East Eye mengungkapkan pada 3 April bahwa dana investasi terkemuka yang berbasis di Israel membiayai proyek yang “mendapatkan daya tarik” di Arab Saudi.
Proyek tersebut berusaha untuk membangun kabel serat optik yang akan menghubungkan kedua negara regional ke negara lain negara-negara Teluk.
Kabel internet itu dikenal dengan nama Trans Europe Asia System (TEAS).
TEAS dilaporkan merupakan bentuk infrastruktur pertama yang menghubungkan Tel Aviv ke Arab Saudi.
Proyek ini dipastikan akan didukung oleh Otoritas Interkoneksi Dewan Kerjasama Teluk (GCCIA) yang berbasis di Riyadh dan dimiliki bersama oleh enam negara bagian dewan GCC.
Dilansir dari The Cradle, Ahad (3/4/2023), proyek ini juga bertujuan membangun jaringan listrik untuk wilayah Asia Barat.
Kabel dana investasi Israel sepanjang 20.000 kilometer akan membentang melalui UEA, Qatar, Bahrain, dan Oman, serta wilayah Palestina dan Yordania yang diduduki.
Beberapa sumber mengindikasikan bahwa proyek tersebut juga didanai oleh Washington, termasuk banyak investor dari AS, Inggris, bersama “mantan perwira senior di Angkatan Darat AS.”
Negara-negara Teluk seperti Bahrain dan UEA menandatangani Abraham Accords pada tahun 2020.
Perjanjian tersebut lah yang menormalkan hubungan antara negara-negara anggota GCC dan Tel Aviv.
Pada tahun 2022, kerajaan tersebut secara bertahap membuka diri untuk Israel, memungkinkan para peziarah melakukan perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, membuka wilayah udaranya untuk penerbangan komersial Israel, dan dilaporkan menjadi tuan rumah bagi para pebisnis dan pejabat Israel selama beberapa tahun terakhir.
Laporan Israel mengklaim bahwa Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman (MbS) bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara rahasia pada tahun 2020.
Riyadh juga melonggarkan aturan masuk bagi pemegang paspor Israel, dan puluhan pebisnis yang mewakili Tel Aviv baru-baru ini melakukan perjalanan ke kerajaan.
Arab Saudi belum menandatangani perjanjian normalisasi secara resmi – mengutip ‘kekhawatirannya’ atas perlakuan buruk terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan.
Pada bulan Januari, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan Al-Saud menegaskan bahwa Riyadh akan menahan diri dari normalisasi hubungan dengan Israel sampai solusi dua negara dengan Palestina tercapai.
(Resa/The Cradle)