(IslamToday ID) –
Presiden Yoon Suk-yeol pekan ini merayakan hubungan dengan Jepang sebagai mitra yang sekarang memiliki nilai dan kepentingan yang sama meski seharusnya pekan ini pula menjadi pengingat penjajahan Jepan akan Korea.
Kedua negara menghadapi ancaman nuklir dari Korea Utara (Korut).
Sementara itu, pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Joe Biden percaya bahwa penataan kembali yang seismik tetapi rapuh sedang berlangsung di Asia Timur.
Hubungan yang lebih dalam antara dua sekutu dekat AS dengan sejarah panjang saling permusuhan dan ketidakpercayaan.
Perubahan itu akan mempercepat upaya AS untuk melawan pengaruh Cina di kawasan itu dan membantunya mempertahankan Taiwan.
Biden berharap untuk memperkuat hubungan itu dengan pertemuan puncak di Camp David, tempat peristirahatan presiden yang terkenal di Pegunungan Catoctin Maryland, pada Jumat (18/8/2023).
Pertemuan tingkat tinggi ini tidak mungkin menghasilkan pengaturan keamanan formal yang mengikat negara-negara untuk saling membela.
Namun mereka akan menyetujui sikap saling pengertian tentang tanggung jawab regional.
“Saya menemukan pertemuan di Camp David mengejutkan,” tulis profesor di Georgetown University yang pernah mengatur hubungan Jepang dan Korsel di bawah mantan Presiden George W. Bush, Dennis Wilder.
“Kami hampir tidak bisa mendapatkan Pemimpin Korsel dan Jepang untuk bertemu dengan kami di ruangan yang sama,” ujarnya.
Dengan meredanya ketegangan antara dua negara Asia itu, menurut para diplomat dari ketiga negara, ada kekhawatiran bersama tentang Cina yang semakin agresif dan Korut yang tidak menentu. Namun mereka menghargai, khususnya, inisiatif Yoon dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida secara pribadi dalam mencari hubungan yang lebih baik.
Wakil penasihat keamanan nasional Korsel Kim Tae-hyo mengatakan, dorongan Yoon untuk memecahkan kebuntuan telah memberikan momentum penting untuk kerja sama yang lebih besar. Dia mengatakan, ketiga pemimpin akan menghabiskan waktu paling lama bersama di Camp David.