ISLAMTODAY ID — Kesultanan Pasai dan Kesultanan Haru (Aru) merupakan kesultanan Islam yang hidup pada abad ke-13 Masehi. Bukti adanya dua kesultanan ini disebutkan dalam berbagai sumber sejarah nasional maupun internasional.
Pemaparan tentang sumber-sumber sejarah terkait dua kesultanan Islam Pasai dan Haru diungkapkan oleh Sejarawan Universitas Negeri Medan (UNIMED), Dr. Ichwan Azhari. Ichwan menjelaskan sumber-sumber sejarah yang ada menjadi saksi bahwa keberadaan kerajaan itu benar-benar fakta bukan fiksi belaka.
Ichwan mengelompokan sumber-sumber sejarah dua kesultanan tersebut dalam dua jenis. Sumber yang dimaksud ialah berbentuk tulisan dan cerita sejarah lisan.
Berikut ini beberapa sumber tulisan baik yang berskala nasional maupun internasional yang memuat tentang Kesultanan Haru dan Pasai.
Sumber Nasional
- Kitab Kuno Jawa
Berdasarkan sumber tulisan, penulisan tentang kesultanan ini juga ditemukan di berbagai naskah. Salah satunya ditemukan di Pulau Jawa melalui kitab-kitab kuno di Jawa. Hal ini terungkap dalam naskah sejarah era Kerajaan Hindu-Budha, Majapahit dan Singosari.
Pada masa Majapahit terdapat kitab Negarakertagama yang ditulis pada masa Raja Hayam Wuruk. Bahkan pada masa sebelumnya, Kesultanan Haru juga telah disebut-sebut dalam Kitab Pararaton, masa Kerajaan Singasari (abad ke-13).
Menurut Ichwan pada sumber kitab Jawa tersebut penyebutan Kesultanan Haru justru lebih banyak disebut daripada Kesultanan Pasai.
“Dalam Negarakertagama, Pararaton tidak banyak disebut Pasai tapi Haru disebut sebagai kerajaan penting di selat Malaka,” kata Ichwan dalam Webinar Kesultanan Pasai di Negeri Haru Hamparan Perak pada Sabtu (17/4/2021).
“Yang di dalam sumber-sumber Jawa harus ditaklukkan, karena kedua kerajaan ini super power pada waktu itu. Kerajaan besar yang menguasai Selat Malaka,” jelasnya.
Ichwan dalam keterangannya juga menjelaskan nama-nama daerah di Sumatera selain Haru yang disebut di Kitab Pararaton. Daerah-daerah Sumatera yang dikuasai Kerajaan Majapahit terdiri atas Jambi, Palembang, Dharmasraya, Kandis, Kahwas, Siak, Rokan, Mandailing, Panai, Kampe, Tamiang, Parlak, Samudra, Lamuri, Barus, Batan dan Lampung.
Selain itu disebutkan dalam naskah di Jawa, keberadaan Kesultanan Haru juga disinggung langsung oleh Gajah Mada, Patih Raja Hayam Wuruk. Gajah Mada menyebutkan Haru sebgai salah satu kawasan yang harus ditaklukannya.
“Sumpah Palapa yang sangat terkenal itu disebut di sini Haru, Pahang, Dompo, Tumasik (Singapura) tapi memang di sini tidak disebut Pasai,” ujar Ichwan.
2. Naskah Melayu
Sumber sejarah berikutnya yang juga memuat nama Kesultanan Pasai dan Haru ialah sumber-sumber sejarah Melayu. Sebuah peradaban tempat di mana Kesultanan Islam ini tumbuh dan berkembang.
Ichwan dalam kesimpulan sementaranya menyebutkan bahwa kitab Sulalatus Salatin atau Sejarah Melayu (SM). SM merupakan buku sejarah yang banyak digunakan di sekolah-sekolah Malaysia.
Buku SM karya A. Samad Ahmad ini merupakan buku yang banyak menjelaskan kerajaan-kerajaan di Indonesia, termasuk bagaimana relasi erat antara Pasai dah Haru. Naskah ini bahkan menggambarkan kedekatan tiga kesultanan besar pada masa itu yaitu Pasai, Haru dan Malaka.
“Di sini (Sulalatus Salatin) jelas disebut hubungan Haru, Pasai, Malaka. Ketiga kerajaan ini memiliki hubungan yang rumit antara persahabatan dan permusuhan,” ungkap Ichwan.
“Kadang-kadang Haru dan Pasai bersahabat tapi kadang-kadang bermusuhan di dalam naskah ini,” terangnya.
Bahkan dalam paparannya dijelaskan bahwa dua raja (Haru dan Pasai) tersebut memiliki kedudukan yang setara.
“Pasai, Haru, Malaka…”. “… raja dua buah negeri itu sama besarnya dengan raja Malaka, tua-muda sekaliannya berkirim salam juga.” (SM:57), dikutip dari paparan Ichwan.
Permusuhan yang juga digambarkan dalam SM termaktub dalam kutipan berikut, ‘Paduka kakanda (Haru) empunya sembah, datang kepada paduka adinda (Pasai)’. Insiden permusuhan bermula dari adanya pembacaan yang keliru terhadap kata salam menjadi sembah.
“Dalam naskah ini ada konflik raja Pasai direndahkan oleh Haru gara-gara salah tafsir salam,” jelasnya.
Sumber Internasional
Berdasarkan sumber internasional kita akan menemukan bahwa Kesultanan Haru sudah dikenal oleh banyak bangsa di dunia. Baik di Asia (China) maupun bangsa Eropa (Portugis-Portugal).
China
Berita Cina yang menuliskan tentang Kesultanan Pasai dah Haru ini bisa dilihat dalam buku berjudul Nusantara Dalam Catatan Tionghoa karya W.P. Groeneveldt tahun 2009. Buku tersebut menyebutkan bahwa dua kerajaan Islam tersebut merupakan kerajaan besar pada zamannya.
“Sehingga China, waktu itu Eropa juga perlu merapat ke kerajaan ini,” ucap Ichwan.
Hal ini terbukti dengan datangnya utusan Cina ke Kesultanan Haru pada 1411
Buku karya W.P. Groeneveldt juga menyebutkan bahwa Laksamana Cheng Ho pernah singgah di Kesultanan Haru. Laksamana tersebut singgah di Kesultanan Haru dengan melalui negeri Ma-La-Chia (Malaka).
“Cheng Ho di Museum Kota Cina ada catatan dia empat kali ke kawasan ini, tahun-tahunnya juga ada,” tutur Ichwan.
Portugis
Sumber berikutnya datang dari Portugis yang ditulis oleh Tom Pires dalam bukunya berjudul Suma Oriental. Sumber Eropa tersebut menyebutkan bahwa Kerajaan Haru merupakan kerajaan besar yang terletak di pesisir timur Pulau Sumatera.
“Tidak ada kerajaan yang lebih besar lain selain Haru di Sumatera menurut sumber Eropa. Dan yang penting disebut disitu adalah rajanya sudah muslim,” terang Ichwan.
Sumber asing yang lainnya ialah karya Anthony Reid yang berjudul Asia Tenggara Dalam dalam Kurun Niaga 1450-1680. Dalam buku tersebut dituliskan Kesultanan Pasai dan Haru sebagai kerajaan super power di Asia Tenggara.
“Kedua kerajaan ini harusnya sangat terkenal di Indonesia tapi banyak yang tidak mengenalnya,” ucap Ichwan.
Ichwan menambahkan keterangan Fernao Mendes Pinto (Portugis) dalam buku milik Reid menjelaskan lokasi Kesultanan Haru. Saat itu ia tiba di Sungai Panecitan, ibukota Kesultanan Haru, menurutnya lokasi Haru dan Malaka berdekatan.
Penulis: Kukuh Subekti
Redaktur: Tori Nuariza