ISLAMTODAY ID — Kehadiran Islam bagi peradaban manusia di Nusantara pada beberapa abad lalu selain mewujud pada berbagai benda-benda artefak sejarah juga terpatri dalam bentuk naskah-naskah kuno atau manuskrip. Setiap naskah yang hadir akan mewakili bagaimana dinamika sosial yang berlangsung antara Islam dan budaya lokal di setiap wilayah.
Indonesia termasuk negara kepulauan yang kaya akan bahasa daerah, serta aksaranya yang juga khas. Hal ini membuat kita paham bahwa setiap manuskrip akan mewakili tradisi intelektual yang berlangsung di setiap daerah yang berinteraksi dengan Islam.
Naskah-naskah Islam juga berhasil ditemukan di Pulau Dewata (Bali). Sebuah pulau yang kini lebih familiar dengan tradisi-tradisi agama Hindu.
Naskah Islam dan Eksistensi Pemukiman Muslim
Dikutip dari buku Jejak Islam dalam Manuskrip di Bali terbitan Diva Press (2020) dijelaskan bahwa Islam telah menyebar di seluruh kawasan pesisir di Bali. Buku ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Litbang Kementerian Agama Semarang Bidang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi (LKKMO) tahun 2019.
Penelitian tentang naskah-naskah kuno ini dilakukan di enam kabupaten/kota se-Bali seperti Denpasar, Karangasem, Jembrana, Buleleng, Klungkung, dan Tabanan ditemukan 140 manuskrip keislaman. Adapun nama perkampungan muslimnya ialah Kampung Kepaon, kampung Serangan, dan kampung Jawa di Denpasar; kampung Saren Jawa, Sindu Sidemen, dan Kecicang, di Karangasem.
Berikutnya kampung Kusamba dan kampung Lebah di Klungkung, serta kampung Pegayaman, kampung Jawa, dan Masjid Agung Jami’ Singaraja di Buleleng. Ada pula kampung Loloan Timur di Jembrana dan kampung Candikuning di Tabanan.
Naskah-naskah tersebut merupakan hasil budaya adanya migrasi yang dilakukan oleh masyarakat muslim yang berasal dari tiga etnis utama seperti Jawa, Bugis dan Lombok.
“Khazanah manuskrip keislaman (Bali) karena berbagai faktor, terutama adanya migrasi orang Jawa, Bugis, dan Lombok di masa silam,” kata Munawar Holil, Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) periode 2016/2020 dalam kata pengantarnya.
Para pendatang dari Jawa, Bugis dan Lombok tersebut memiliki beberapa maksud dan tujuan seperti berdagang dan berdakwah. Kehadiran mereka di Bali juga menjadi bagian dari serangkaian kisah adanya tradisi penyalinan naskah-naskah Islam.
Kehadiran naskah-naskah Islam Bali juga pernah diungkapkan oleh orientalis Belanda, Theodoor Gautier Thomas Pigeaud. Ia menyebut kemunculan naskah-naskah Islam di Bali tidak lepas dari keberadaan komunitas-komunitas muslim di pesisir barat dan utara Bali.
Tradisi penyalinan naskah-naskah keislaman di Bali dilakukan oleh semua kalangan baik bangsawan maupun masyarakat biasa. Hal ini terekam dalam bentuk kertas dan media yang digunakan selama melakukan penulisan, penyalinan naskah.
“Pada kelompok bangsawan, termasuk para pedagang tradisi penyalinannya dilakukan di puri atau sanggar milik raja atau keluarga bangsawan, menggunakan alas tulis kertas Eropa dan alat tulis yang relatif lebih baik, sedangkan pada kelompok masyarakat awam tradisi penulisan atau penyalinan dilakukan di rumah pribadi atau tempat ibadah, menggunakan alas kertas dluwang (kertas berbahan kulit kayu) dan alat tulis seadanya.”
Dluwang merupakan alas tulis yang banyak berkembang di Jawa seperti Ponorogo (Jawa Timur), Purworejo (Jawa Tengah) dan Garut (Jawa Barat). Naskah kuno tertua yang ditulis dengan media dluwang adalah ‘Kitab Sunan Bonang’ akhir abad ke-16 (Jawa) sementara dari luar Jawa ialah Kitab Tanjung Tanah yang diperkirakan akhir abad ke-14.
Media tulis yang ketiga yang juga ditemukan di Bali ialah kertas China sejak awal abad ke-16 (Tom Pires-1515).
Salah satu bangsawan muslim Bali yang melakukan tradisi penyalinan ialah oleh I Gusti Ngurah Ketut Jelantik Celagi di Singaraja tahun 1820 M. Ia melakukan penyalinan mushaf Al-Qur’an, buah karyanya tersebut tersimpan rapih di Masjid Agung Jami, Jalan Imam Bonjol, Singaraja.
Penelitian yang dilakukan oleh Litbang Kemenag Semarang (2019) juga menyayangkan belum adanya katalog naskah yang khusus tentang naskah-naskah Islam di Bali. Padahal naskah tersbut menjadi penanda penting bagi eksistensi Islam di tengah-tengah masyarakat Hindu Bali.
Aksara Arab dan Aksara Jawi
Editor buku, Roch Aris Hidayat dan Zainul Adzfar dalam kata pengantarnya mengatakan bahwa penemuan manuskrip Islam di Bali menunjukan di Bali memiliki tradisi menulis naskah keagamaan. Naskah-naskah keislaman di Bali biasanya berupa tasawuf, tauhid, ilmu fikih, faraidh (ilmu hukum waris), nahwu Sharaf (tata bahasa Arab), kumpulan do’a, catatan khutbah, cataan ayat-ayat pilihan hingga pengobatan tradisional.
Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa naskah-naskah keislaman di Bali ditulis dalam dua bentuk. Pertama ditulis dengan aksara Arab yang kedua ditulis dengan aksara pegon (Jawi).
“Manuskrip Islami…di Bali, dari segi aksara adalah penggunaan aksara Arab atau aksara Jawi (pegon). Aksara Arab biasanya digunakan dalam Mushaf Alquran, manuskrip yang berisikan tata keimanan (aqidah), tata beribadatan, hukum, dan mu’amalat (fiqih), tasawuf, tata bahasa Arab, dan catatan-catan pribadi berupa kumpulan do’a, catatan khutbah, cataan ayat-ayat pilihan. Sedangkan aksara pegon (Jawi), yaitu aksara Arab yang digunakan untuk penulisan teks-teks dalam bahasa-bahasa Nusantara,” (kata pengantar editor hlm. Xii).
Buku tersebut juga menjelaskan bahwa penggunaan aksara Arab di Bali tidak hanya untuk keperluan keagamaan semata. Berdasarkan hasil temuan naskah juga dijelaskan bahwa aksara Arab juga digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Keperluan sehari-hari itu di antaranya adalah surat menyurat, penulisan surat perjanjian, tanda bukti jual beli. Selain itu aksara Arab juga ditemukan dalam penulisan berbagai cerita, hikayat yang berkembang dalam masyarakat.
Fakta-fakta di atas semakin menunjukan bahwa pada masanya ajaran Islam di Bali termasuk dalam ajaran agama yang memiliki nilai filosofis dan aspek spiritualitas yang tinggi. Ratusan naskah Islami dari puluhan ribu naskah kuno yang ada di Bali menjadi potret dari realitas perkembangan Islam di Bali.
Sebaran Kampung Muslim
- Karangasem
Kampung muslim di Bali biasanya lokasinya saling berdekatan antara satu dan yang lainnya. Di Kabupaten Karangasem misalnya ditemukan ada dua puluh kampung muslim.
Kampung-kampung tersebut adalah Bukit Tabuan, Kampung Anyar, Karang Sasak, Tibulaka Sasak, Tihing Jangkrik, Karang Cermen, Nyuling, Ujung Pesisi, Ujung Sumbawa, Ujung Desa, Segara Katon, Dangin Sema, Bangras, Karang Langko, Karang Tohpati, Kampung Ampel, Karang Tebu, Jeruk Manis, Gelumpang Suci, Karang Sokong, Telaga Mas, Kecicang Islam, Kedokan, Saren Jawa, Sindu dan Buitan.
Perkampungan muslim tersebut dihuni oleh para keturunan pendatang dari penduduk muslim di Lombok (Sasak) dan Jawa.
Naskah Islam di Karangasem ditulis dengan kertas Eropa, dluwang dan kertas Cina. Jenis naskah yang ditemukan terdiri atas mushaf Al-Qur’an, hikayat hingga khutbah jum’at.
Sementara dari segi bahasa naskah keislaman di Karangasem menggunakan beragam bahasa seperti Melayu, Arab, gabungan Arab dan Jawa, gabungan Arab dan Melayu. Dengan aksara yang terbanyak ialah aksara Jawi dan Arab Pegon.
- Denpasar
Perkampungan muslim di Denpasar ini berasal dari beberapa etnis seperti Jawa, Bugis (Makassar), Sasak (Lombok), dan Madura.
Proses Islamisasi di Kota Denpasar diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17 Masehi. Hal ini dibuktikan dengan adanya temuan makam seorang ulama Bugis asal yang hidup era Kesultanan Gowa, bernama Syek Mukmin bin Syaikh Hasanudin.
Selain ditemukan makam seorang ulama Bugis, di Denpasar juga ditemukan nisan makam putera raja Bone, Isarafi yang meninggal tahun 1261H.
Manuskrip di Denpasar ditulis dengan media kertas dan lontar. Sementara berdasarkan jenis bahasanya naskah di Denpasar menggunakan paling banyak menggunakan bahasa Melayu (Bugis), dan Arab.
Dari segi isi naskah-naskah Islam di Denpasar berisi tentang ajaran fikih, shalat, pengobatanIslami, sastra (syiiran), kitab tajwid, mushaf Al-Qur’an.
- Buleleng
Penemuan naskah di Buleleng didominasi oleh mushaf Al-Qur’an. Adapun nama-nama perkampungan muslim yang ada di Buleleng diantarany adalah Kampung Jawa, Kampung Buleleng dan Kampung Pegayaman.
Naskah-naskah Islam di Buleleng menggunakan alas kertas Eropa dan dluwang.
- Jembrana
Bukti peninggalan peradaban Islam dalam bentuk naskah di Jembrana ialah mushaf Al-Qur’an, yang ditemukan di Loloan Timur. Merupakan satu-satunya naskah yang berhasil ditemukan dalam penelitian di Jembrana.
Alas mushaf ini menggunakan kertas Eropa.
- Tabanan
Manuskrip Islam yang berhasil ditemukan di Tabanan berisi tentang ajaran fikih, tasawuf, ilmu kalam dan sebuah cerita hikayat. Naskah kuno Islam ditulis dengan menggunakan kertas buram yang ditulis dengan aksara Jawi berbahasa Melayu.
Penulis: Kukuh Subekti / Redaktur: Tori Nuariza