ISLAMTODAY ID — Ilmu sejarah ialah salah satu ilmu yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam kutipan yang ditulis oleh Prof. Raghib As-Sirjani melalui bukunya Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, ia menjelaskan bahwa ilmu sejarah adalah mengetahui keadaan suatu kelompok dan negeri, gambaran-gambaran dan adat, apa yang diperbuat oleh orang-orangnya, nasab-nasab dan ruang lingkup mereka dan sebagainya.
Prof. Raghib mengutip tulisan Ibnu Khaldun dalam bukunya yang berjudul “Al-Ibaru wa Diwan Al-Mubtada wal Khabar”, ia menjelaskan bahwa,
“Keahlian ilmu sejarah merupakan keahlian yang terus-menerus terhadap umat dan generasi ke generasi. Ia mengikat para pengendara dan perjalanannya. Ia disebut untuk diketahui urutannya, tidak mengharap kebaikan juga tidak khawatir akan keburukannya. Ia menghiasi para raja dan penerusnya. Ia menyamakan pemahaman para ilmuan dan ahli kebodohan.”
“Sebab secara lahir, ia tidak menambah berita hari-hari dan negeri serta berita-berita pada kurun pertama. Ia menumbuhkan ungkapan-ungkapan, memaparkan permisalan, menceritakan kondisi mereka yang sedang tenggelam dalam perayaan. Ia mengisahkan kepada kita urusan penciptaan bagaimana membalikkan situasi atau keadaan. Ia memutuskan peran dalam hal menjelaskan ruang lingkupnya, mulai membangun bumi sampai mereka pergi dan berpindah, hingga mereka musnah.”
“Sedangkan dari sisi batiniyah (artinya dalam batin ilmu sejarah yang melimpah ruah) terdapat pandangan dan penelitian, bukti-bukti alam semesta dan dasar-dasarnya yang begitu dalam, ilmu tentang tatacara bagaimana realitas itu terjadi dan sebab-sebabnya yang mendalam, di mana hal itu merupakan dasar dalam hikmah yang mengalir, merupakan kepentingan supaya menilik ilmu-ilmunya dan penciptaannya.”
Al-Qanuji dalam karyanya Abjad al-Ulum menjelaskan tujuan ilmu sejarah adalah untuk mengetahui pijakan terhadap keadaan masa lalu. Manfaatnya untuk memberikan pelajaran keadaan tersebut dan memberikan nasihat, menghasilkan kemampuan percobaan dengan berpijak pada zaman yang berubah-ubah, supaya memelihara apa yang dinukil berupa keburukan, mendatangkan teori-teori yang bermanfaat. Ilmu ini merupakan bangunan lain bagi orang yang melihat, dan bermanfaat bagi masanya dengan mendapatkan hasil dari para musafir.
Perjalanan Ilmu Sejarah
Bagi umat Islam kehadiran kalender hijriyah menjadi dasar yang dijadikan tonggak sejarah dalam Islam untuk mengungkapkan peristiwa dan zamannya. Pada awal peradaban Islam, perhatian orang terhadap sejarah hanya mengandalkan ingatannya.
Kaum muslimin saat itu mulai membutuhkan sebuah pencatatan sejak akhir abad kedua hijriyah. Di tengah situasi gejolak politik dan perang yang terjadi di kalangan bangsa Arab menyebabkan hafalan mereka menjadi lemah dan perlu pencatatan. Maka sejak saat itu mereka mulai membutuhkan pencatatan terutama untuk membetulkan dan menukil hadits Nabi, sirah beliau dan kondisinya.
Selanjutnya, Prof. Raghib mengungkapkan peran kota Mekah dan Madinah sebagai pusat pertumbuhan gerakan sejarah. Terutama berkaitan dengan sirah Rasul dan berita tentang peperangan dan siapa saja yang ikut dalam perang tersebut. Para sejarawan saat itu berpegang pada riwayat yang dituturkan oleh para ahli hadits.
“Sejarah dengan cara seperti ini ditulis dari riwayat khabar dan seterusnya, yang dikenal juga dengan sanad atau isnad. Kemudian berita itu dijadikan nash lalu disebut dengan matan. Karena itu buku-buku dan sirah lebih didahulukan dalam penulisan kitab sejarah yang mengumpulkan antara hadits dan sejarah,” tutur Prof. Raghib.
Sejarawan terkemuka dari kalangan kaum muslimin ada lima orang. Mereka ialah para sejarawan yang banyak berpegang kepada sanad daripada yang lainnya.
Nama-nama sejarawan kaum muslimin di periode awal di antaranya ialah Aban bin Utsman bin Affan yaitu putra Khalifah Amirul Mukminin Utsman bin Affan. Nama-nama berikutnya yaitu Muhammad bin Syihab Az-Zuhri, Ibnu Ishak, Awanah bin Al-Hakam Al-Kalabi, Saif bin Amru Al-Kufi, Al-Madaini.
Jenis-jenis Kitab Sejarah
Berikut ini kitab-kitab peninggalan dari peradaban Islam yang pernah ditulis oleh para pakar dan ahli.
Sirah Nabawiyah
Pertama ialah keberadaan kitab sirah nabawiyah dan peperangan Rasul. Kalangan sejarawan lebih dulu membagi riwayat sirah dan kitab. Sejarawan yang terlibat dalam penulisan sirah nabawiyah ini dibagi dalam tiga generasi.
Generasi pertama terdiri atas Urwah bin Zubair bin Awwam (92H), Aban bin Utsman bin Affan ( 105H), dan Surahbil bin Saad (123H).
Berikutnya generasi kedua yang diwakili oleh Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri, yang disebut-sebut sebagai sejarawan terbesar dalam masalah perang dan sirah.
Berikutnya ialah generasi ketiga yang diwakili oleh Muhammad bin Ishak, kitab –kitab sirah nabi karyanyalah yang sampai ke generasi muslim saat ini.
Kitab Thabaqat
Kitab ini berkaitan dengan tradisi pencatatan hadits yang selanjutnya dilanjutkan dengan proses pembukuan hadits. Kitab ini memberikan informasi berkaitan dengan hadits mulai dari sanad hadits, dan bagaimana perilaku keseharian si perawi hadits. Dalam bahasa yang sederhana kitab thabaqat berkaitan erat dengan disiplin ilmu hadits.
Prof. Raghib memberikan uraian yang cukup panjang tentang kitab Thabaqat ini. Ia mengatakan, “Para ulama ahli hadits begitu memerhatikan dengan meletakan ketetapan yang membenarkan diterimanya dan membetulkan nash hadits Rasul. Ketetapan tersebut dituangkan tentang perilaku sang perawi, kejujuran dan kekuatan hapalannya. Mereka menambahkan kisah dari lingkungan keluarga rawi, tabiat keterkaitan mereka dengan Nabi. Masa yang dia (perawi) habiskan bersama beliau, hubungan mereka dengan para sahabat dekat, atau dengan khalifah rasyidin.
Mereka juga memusatkan perhatian kepada peristiwa pertemuan yang kemungkinan terjadi. Mereka sangat antusias untuk mengetahui sejarah lahir hingga wafat setiap orang yang disebutkan dalam silsilah sanad.”
Kitab At-Tarajim
Kitab ini menguraikan tentang sejarah kehidupan orang-orang yang terkemuka dan terkenal, menghimpun kepakaran mereka. Orang-orang tersebut ialah para ulama, ahli sastra, pemimpin , khalifah dan lainnya.
Kitab-kitab yang paling termasyhur ialah Mu’jam Al-Adibba karya Yakut Al-Himawi (626H), Usud Al-Ghabah fi Makrifat As-Shahabah oleh Ibnu Atsir, Wafayat Al-Ayan oleh Ahmad bin Ibrahim bin Khalkan (681H).
Kitab Al Futuh
Kitab dalam kelompok ini menjelaskan tentang peristiwa-peristiwa penaklukan terhadap negara dan daerah seperti Mesir, Maroko dan Spanyol oleh Ibnu Abdul Hakam (257H) dan Futuh Al-Budan oleh Al-Buldan oleh Al-Baladzari, Futuh Syam oleh Al-Waqidi.
Kitab Al-Ansab
Kitab sejarah yang menjelaskan tentang nasab-nasab Arab dan asal-muasal mereka. Orang-orang Arab mempunyai kelebihan dalam bidang ilmu tersebut. Sebagai rasa kefanatikan terhadap kabilah yang bersambung sebelum Islam.
Kitab yang terkenal dari kelompok ini ialah Kitab Jamharatun Nasab karya Muhammad bin Saib Al-Kalabi, Kitab Nasabun Quraisy karya Mus’ab bin Zubairi, Kitab Jamharatu Ansab Al-Arab oleh Ibnu Hazm Al-Andalusi.
Kitab Mahalliyah
Kitab yang menggambarkan sejarah negeri tertentu dengan detail. Kitab-kitab yang tersebut diantaranya ialah kitab Walat Mishra Wa Qadhatuha karya Abu Umar Al-Kindi, Kitab Tarikh Al-Baghdad karya Khatib Al-Baghdadi, Tarikh Dimasyq oleh Ali bin Hasan bin Asakir, Kitab Al-Bayan Mughrib fi Akhbar Al-Maghrib karya Ibnu Adzari.
Kitab Tawarikh Ammah
Para sejarawan menuliskan tentang sisi sirah dan riwayat pengarang-pengarang yang lebih longgar dan luas sejarahnya. Seperti menuliskan sejarah sil-silah yang sesuai apa yang terjadi tahun demi tahun.
Diantara karya yang terkenal ialah Tarikh Rusul wa Al-Muluk atau lebih dikenal dengan Tarikh Ath-Thabari, Kitab Muruuj Adz-Dzahab wa Ma’adin Al-Jauhari oleh Al-Mas’udi sebuah kitab yang berbentuk ensiklopedi.
Penulis: Kukuh Subekti
Redaktur: Tori Nuariza