Palestina dan negara-negara Timur Tengah merupakan negara yang pertama-tama mengakui kedaulatan Indonesia. Semua ini tak lepas dari kerja keras rombongan tim diplomasi yang diketuai oleh Haji Agus Salim.
Rombongan dengan misi khusus ini berangkat meninggalkan Indonesia pada 17 Maret 1947. Dua hari sebelumnya (15/8) Konsul Jenderal Mesir, Muhammad Abdul Mun’im datang menemui Presiden Sukarno menyampaikan pesan khusus terkait hasil keputusan dari sidang Dewan Liga Arab (18 November 1946).
Hasil sidang keputusan tersebut ialah anjuran kepada seluruh negara anggota Liga Arab untuk mendukung kedaulatan Indonesia. Pengakuan ini berdasarkan ikatan keagamaan, persaudaraan dan kekeluargaan diantara sesama muslim.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh HM Rasyidi dalam buku Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution (1989). Ia mengatakan keberangkatan mereka ke negara-negara Timur Tengah dalam rangka menggalang dukungan dari Liga Arab.
Liga Arab merupakan organisasi kerjasama regional bangsa Arab yang ada di kawasan Asia Barat, Asia Utara dan Afrika Timur dan dipelopori oleh Mesir. Sehingga wajar jika Mesir menjadi kunci utama bagi dukungan untuk meraih kedaulatan Indonesia.
Rasyidi dalam tulisannya menyebutkan sejumlah nama yang terlibat dalam rombongan delegasi. Rombongan dipimpin oleh Haji Agus Salim, dengan anggota Nazir Dt. Pamuntjak, Abdul Kadir, dan Abdul Rahman (AR) Baswedan.
Sementara Rasyidi sebagai delegasi termuda saat itu memiliki dua amanah sebagai sekretaris dan bendahara.
Dalam kunjungan tersebut mereka singgah ke sejumlah negara-negara Arab seperti Irak, Syria, Lebanon dan Yordan. Namun demikian para delegasi saat itu memberikan prioritas utama kunjungan perdananya ke Mesir.
Pada waktu itu jejaring ulama dan gerakan Islam di dunia muslim sangat kuat. Sehingga meskipun pengakuan dari Palestina saat itu belum dianggap sebagai ‘negara’ namun pengaruh sejumlah tokoh bangsa Palestina sangat besar.
Para tokoh bahkan memiliki pengaruh kepada para pimpinan negara-negara Timur Tengah. Sebut saja Mufti Besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dan Pengusaha Media asal Palestina Mohamed Ali Eltaher.
Mufti Besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini
Bangsa Arab yang juga turut memberikan dukungannya bagi Indonesia saat itu ialah Palestina. Bahkan dukungan untuk Indonesia diberikan oleh Palestina disampaikan ketika Indonesia belum merdeka.
Dukungan Palestina yang disampaikan oleh Mufti Besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini pada 6 September 1944 merupakan dukungan pertama dari dunia internasional kepada Indonesia. Dukungan tersebut bahkan disiarkan langsung melalui Radio Berlin, berbahasa Arab.
Bahkan siaran pernyataan sikap Palestina ini disiarkan dan disebarluaskan selama dua hari berturut-turut.
Kisah di atas diungkapkan langsung oleh M. Zein Hassan saksi sejarah Diplomasi Timur-Tengah melalui bukunya yang berjudul Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri (1980):
“….. pada 6 September 1945, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia. Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar luaskan, bahkan harian, “Al-Ahram yang tekenal telitinya juga menyiarkan.” Syekh Muhhamad Amin Al Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat kemerdekaan Indonesia” dan memberi dukungan penuh. Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat di negeri ini.”
Selanjutnya Syekh Amin Al-Husaini juga mendesak kepada pimpinan negara-negara Timur Tengah untuk memberikan dukungan kepada Indonesia. Mesir adalah negara pertama yang memenuhi seruan tersebut dengan memberikan pengakuan secara de facto pada 22 Maret 1946.
Setahun kemudian, Mesir memberikan pengakuan secara de jure untuk Indonesia tepatnya 10 Juni 1947. Haji Agus Salim pada 7 Agustus 1947 menunjuk HM Rasyidi untuk menjadi perwakilan Indonesia di Kairo.
Raja Media Muhammad Ali Taher
Dukungan dari Palestina pun datang dari seorang pengusaha media yang bernama Mohamed Ali Eltaher atau Muhammad Ali Taher.
Ia merupakan sosok pengusaha media yang sukses sebab berhasil memiliki beberapa media cetak yang besar seperti Ashoura. Bahkan media ini pun akhirnya harus dibredel oleh pemerintah Mesir.
Media ini dianggap sangat kritis sebab menentang segala bentuk imperalisme yang terjadi di berbagai negara, terutama berpenduduk muslim.
Ali Taher pun berhasil mendirikan sejumlah media baru seperti Al-Shabab, Al Minhaj dan Al Alam Al-Masri.
Sama seperti Syekh Amin Al-Husaini dia termasuk sosok yang tidak setengah-setengah dalam memberikan bantuan kepada Indonesia. Dari segi materi, ia turut menyumbangkan hartanya untuk membantu perjuangan bangsa Indonesia.
Ia memberikan seluruh uangnya di Bank Arabia untuk kepentingan Indonesia.
“Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia!”, kata Ali Taher.
Sementara dari segi non materi, senada dengan Syekh Amin Al-Husaini, Ali Taher juga aktif melobi negara-negara Timur Tengah agar bersedia memberikan dukungan kepada Indonesia.
Hingga pada saat kemerdekaan dia pun berkata bahwa keadiran mereka menjadi saksi lahirnya sebuah bangsa yakni Indonesia.
“Sungguh, kita telah menjadi saksi dalam kelahiran satu bangsa,” tutur Ali.
Bukti sejarah berupa foto menunjukan bagaimana sosok Syekh Amin Al-Husaini dan Ali Taher begitu akrab dengan Haji Agus Salim. Kedekatan Indonesia dan Palestina juga terlihat dalam foto dokumentasi yang memperlihatkan sosok Drs. Mohammad Hatta.
Penulis: Kukuh Subekti