ISLAMTODAY ID— Muhammad bin Idris bin ‘Abbas bin ‘Usman bin Syaafi’i atau Imam Syafi’i merupakan satu dari empat imam mazhab yang banyak dianut oleh umat Islam dunia.
Ia merupakan ulama yang lahir di Ghazzah, Syam, Palestina pada tahun 150H bertepatan dengan tahun 767M. Hari lahirnya juga bertepatan dengan wafatnya Imam Abu Hanifah.
Imam Syafi’i tumbuh sebagai anak yatim yang berasal dari keluarga miskin. Namun motivasi dan semangat belajarnya tak terkalahkan.
Ia bahkan dianugerahi oleh Allah kecerdasan yang luar biasa. Pada saat masih berumur tujuh tahun ia telah mampu menghafal 30 juz Al-Qur’an.
Selanjutnya pada umur 9 tahun ia telah menghafal kitab hadizh dan fiqih, al-Muwattha karya Imam Maliki. Sebuah kitab yang berisi 1.720 hadist pilihan.
Imam Syafi’i melengkapi hafalan Al-Qur’an dan Hadistnya dengan mempelajari bahasa Arab. Ia menghabiskan waktu hingga sepuluh tahun lamanya untuk memperdalam bahasa Arabnya kepada kabilah Hudzail.
Pengembaraan Intelektual
Imam Syafi’i merupakan ulama yang gemar melakukan perjalanan ke sejumlah kota dan negara demi menuntut ilmu.
Kota pertama yang ia singgahi sebagai pelabuhan ilmu ialah Mekah. Selama di Mekah, ia banyak berguru pada sejumlah ulama diantaranya Muslim ibn Khalid al-Zanji, Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, Muhammad bin Ali bin Syafi dan Sufian bin ‘Uyainah.
Kota Madinah juga menjadi kota tujuan destinasi ilmu berikutnya. Salah satu ulama terkemukan di Madinah, Imam Maliki menjadi salah satu gurunya dalam ilmu hadist dan fikih.
Pengembaraan berikutnya ia lakukan ke Baghdad, Iraq. Selama dua tahun belajar di sana, ia banyak berguru kepada sahabat dan murid-murid Imam Abu Hanifah di Iraq.Diantaranya ialah Imam Abu Yusuf, Imam Muhammmad bin Hassan
Perjalanan keilmuwan Imam Syafi’i berlanjut hingga ke Yaman. Di Yaman, ia banyak berguru pada sejumlah ulama seperti Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli.
Kota Yaman menjadi salah satu kota penting bagi perjalanan dakwah Imam Syafi’i. Di sanalah Imam Syafi’i dipercaya sebagai mufti.
Bahkan atas perantara Abdullah bin Hassan ia dijodohkan dengan putri bangsawan Yaman, yang juga cicit dari Abdullah bin Hassan bernama Siti Hamidah bin Nafi.
Puncak pengembaraan ilmunya ia lakukan di Mesir. Selama di sana ia mengampu majelis ilmu di Masjid Amru bin Ash.
Selain disibukkan dalam aktivitas belajar dan mengajar, ia juga sosok ulama yang produktif menulis. Berbagai kitab-kitab seperti Kitab Al-Um, Amali Kubra, Kitab Risalah Ushul al-Fiqh.
Luasnya wawasan dan dalamnya ilmu yang ia miliki, serta luasnya jangkauan wilayah keilmuwan yang ia tempuh membuat keulamaannya sangat diakui. Mazhab Syafi’i pun terus berkembang dari Baghdad, Pakistan, Syria, India, Afrika hingga Asia Tenggara.
Sejumlah ulama di berbagai penjuru negeri yang pernah disinggahinya banyak menjadi muridnya. Misalnnya di Irak ada Imam Ahmad bin Hanbal, Imam az-Zafarani, Imam al-Karibisi dan Imam Abu Tsaur.
Imam Syafi’i wafat di Kota Fusthat, Mesir pada bulan Rajab tahun 204 H atau tahun 819M.
Penulis: Kukuh Subekti