ISLAMTODAY ID— Rais Aam merupakan jabatan tertinggi dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Namun istilah jabatan tertinggi di NU untuk pertama kali bukan Rais Aam melainkan Rais Akbar atau Pemimpin Besar.
Satu-satunya Rais Akbar dalam sejarah NU ialah KH Hasyim Asy’ari. Setelah itu pemimpin tertinggi NU bernama Rais Aam, jabatan ini juga memiliki sejumlah kriteria khusus.
Selain itu mekanisme pemilihan Rais Aam juga ditentukan oleh hasil musyawarah dewan majelis yang bernama ahlul halli wal aqdi (ahwa) yang beranggotakan sembilan orang. Salah satu dari sembilan anggota Ahwa inilah yang nantinya dipilih menjadi Rais Aam.
Berikut ini deretan mantan Rais Aam NU sejak tahun 1926 hingga tahun 2021.
- KH Hasyim Asy’ari (1926-1947)
KH Hasyim Asy’ari merupakan ulama kharismatik yang dipercaya sebagai Rais Akbar. Bahkan penghormatan atas keluasan dan kedalaman ilmunya ia lantas diberi gelar Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari.
KH Hasyim Asy’ari lahir pada 27 Dzulqo’dah 1287H atau 14 Februari 1871, ia wafat pada 7 Ramadhan 1366H atau bertepatan dengan 25 Juli 1947.
Ia berguru dengan ulama-ulama ternama seperti Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi dan Syekh Muhammad Mahfudz At-Tarmasi.
Selama periode kepemimpinannya NU banyak terlibat dalam berbagai peristiwa penting di Nusantara. Pada tahun 1937 NU memutuskan untuk berpolitik dengan masuk dalam Gabungan Politik Indonesia (GAPI).
Selanjutnya pada masa periode awal kemerdekaan KH Hasyim Asy’ari mengintruksikan kepada seluruh umat Islam, termasuk kyai dan santri untuk berjihad. Seruan jihad ini ditandai dengan keluarnya resolusi jihad dan fatwa jihad.
- KH Abdul Wahab Hasbullah (1947-1971)
KH Abdul Wahab Hasbullah lahir di Jombang pada 31 Maret 1888 dan wafat pada 29 Desember 1971. Ia menjabat Rais Aam hingga akhir hayatnya.
Muktamar ke-25 NU di Surabaya pada tanggal 20 sampai 25 Desember 1971 merupakan Muktamar NU terakhir yang dihadirinya.
Ia sempat menimba ilmu di sejumlah pesantren seperti Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Mojosari Nganjuk, Pesantren Tawangsari Sepanjang, belajar pada Syaikhona R. Muhammad Kholil Bangkalan Madura, dan Pesantren Tebuireng Jombang di bawah asuhan Hadratusy Syaikh KH. M. Hasyim Asy‘ari.
Di Makkah ia berguru pada dua ulama ternama Syaikh Mahfudz at-Tirmasi dan Syaikh Al-Yamani.
Kiprah perjuangannya di dunia militer dimulai ketika ia aktif di Hizbulah. Di bidang pemerintahaan ia pernah menjadi anggota Dewaan Pertimbangan Agung.
Kepeloporannya di semua gerakan organisasi kyai dan santri di NU membuatnya disebut sebagai Sang Penggerak NU. Sebut saja Taswirul Afkar, Nahdlatul Wathan, Nahdlatut Tujjar, Komiter Hijaz bahkan Gerakan Pemuda Anshor.
- KH Bisyri Syansuri (1971-1980)
KH Bisyri Syansuri lahir di Pati, 18 September 1886, wafat di Jombang, 25 April 1980. Bisri Syansuri mungkin tokoh ulama Nu pertama yang pernah aktif di politik praktis. Ia adalah kakek Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari garis ibu. Saat belajar di Mekkah, Bisri menikahi adik KH Abdul Wahab Hasbullah.
Bisri Syansuri adalah teman seperjuangan Abdul Wahab yang pernah menimba ilmu di beberapa pesantren di Jawa. Ia pernah berguru pula pada KH Hasyim Asy’ari. Terpilih menjadi Rais Am NU periode 1952-1971 dan menjadi kiai pertama yang mendirikan pesantren khusus wanita.
- KH Ali Maksum (1981-1984)
KH Ali Maksum adalah Rais Am NU 1980-1984 yang lahir di Rembang, 2 Maret 1915, wafat pada 7 Desember 1989. Ulama yang dikenal sebagai perintis pesantren Alquran di Indonesia ini pernah juga menimba ilmu di berberapa pesantren di Jawa termasuk pesantren Tremas.
Ia juga pernah menimba ilmu di Mekkah kepada Sayyid Alwi Abbas Al-Maliki dan Syekh Umar Hamdan untuk mendalami ilmu hadis dan pemikiran modern seperti Muhammad Abduh, M. Rasyid Ridha, dan Jalaludin al-Afghani.
- KH Ahmad Shidiq (1984-1991)
KH Ahmad Shiddiq adalah Rais Am yang menjabat pada 1984-1991. Pada periode yang sama Gusdur duduk sebagai Ketua Umum PBNU.
KH Ahmad Shiddiq lahir di Jember, 24 Januari 1926 bertepatan dengan 10 Rajab 1344H. Ia wafat pada 23 Januari 1991.
Ia pernah menimba ilmu di Tebu Ireng pimpinan KH Hasyim Asy’ari. Bermula aktif di Gabungan Pemuda Islam Indonesia, kariernya melejit hingga terpilih sebagai Rais Am NU hingga akhir hayatnya.
Kiprah lainnya di luar NU ialah menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan Anggota Badan Pertimbangan Pembangunan Nasional (BPPN).
- KH Ali Yafie (1991-1992)
KH Ali Yafie merupakan Pjs. Rais Am NU pada periode tahun 1991-1992. Kyai pengasuh Pesantren Darul Da’wah Al-Irsyad di Pare-pare, Sulawesi Selatan.
KH Ali Yafie lahir di Donggala pada tanggal 1 September 1926, ia lahir dan tumbuh dari keluarga ulama. Kakeknya adalah seorang ulama ternama di Sulawesi yang bernama Syekh Abdul Hafidz Bugis.
Kiprahnya di NU mulai menasional sejak ia terpilih sebagai Rais Syuriyah di Muktamar NU di Surabaya tahun 1971.
KH Ali Yafie pernah menjadi Ketua MUI tahun 1990-2000 yang dikenal sebagai Pakar Hukum Islam. Bahkan ia pernah menjadi hakim di Pengadilan Agama Makassar sejak 1959 hingga 1962 dan masuk ke dalam inspektorat Pengadilan Agama Indonesia Timur sejak 1962 hingga 1965.
Kiprahnya di bidang intelektual ialah sebagai dosen hingga dekan di IAIN Alauddin, Makassar pada tahun 1965 hingga 1971. Ia juga dipercaya sebagai penasihat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI).
- KH Muhammad Ilyas Ruhiat (1992-1999)
KH Muhammad Ilyas Ruhiat Lahir di Tasikmalaya, 31 Januari 1934 dan meninggal pada 18 Desember 2007.
KH Muhammad Ilyas Ruhiat adalah putra ulama besar K.H. Ruhiat dan sepupu dari Dr. K.H. Muhammad Ali Yafie.
Ia dipercaya sebagai Rais Am NU sejak tahun 1992 sampai 1999. Bersamaan dengan masa ketiga kalinya Gusdur terpilih sebagai Ketua PBNU.
Kiprahnya di NU dimulai sejak tahun 1954, sejak dirinya terpilih sebagai Ketua NU Cabang Tasikmalaya. Pada periode yang sama ia juga merupakan Ketua IPNU Jawa Barat.
Kiprahnya di luar NU ialah sebagai Ketua MUI dan Anggota DPA. Tidak hanya itu, ia juga berkiprah di dunia politik dan sempat menjadi anggota MPR.
- KH Mohammad Sahal Mahfudz (1999-2014)
KH Mohammad Sahal lahir di Pati, 17 Desember 1937 dan meninggal pada 24 Januari 2014. Ia terpilih menjadi Rais Am NU periode 1999-2014 dan pernah terpilih juga sebagai Ketua MUI periode 2000-2014.
Semasa hidupnya ia pernah memperoleh gelar kehormatan dari Universitas slam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia juga dipercaya sebagai dosen di sejumlah perguruan tinggi.
Ia merupakan kyai yang banyak meninggalkan karya intelektual seperti buku, jurnal dan makalah. Selain itu ia memiliki jaringan intelektual hingga tingkat internasional seperti Filipina, Korea Selatan, Jepang, Arab Saudi. Malaysia hingga Sri Lanka.
- KH Mustofa Bisri (2014-2015)
KH Mustofa Bisri lahir di Rembang, 10 Agustus 1944. Dikenal juga sebagai penulis, penyir, dan budayawan. Banyak sekali karya-karyanya yang diterbitkan, salah satunya adalah Al Bisri, Kamus Bahasa Indonesia-Arab Arab-Indonesia. Ia terpilih menjadi Rais Am NU dari 2014-2015.
- KH Ma’ruf Amin (2015-2018)
KH Ma’ruf Amin, lahir di Tangerang, 1 Agustus 1943. Selain sebagai ulama, ia juga dikenal sebagai dosen dan politisi di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ma’ruf Amin adalah Rais Am NU dari 2015 hingga 2019.
KH Ma’ruf Amin pernah aktif di MUI Pusat dengan berbagai amanah penting. Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat sejak tahun 2000 hingga tahun 2007. Kemudian pada tahun berikutnya ia menjadi Wakil Ketua MUI dan sejak tahun 2015 hingga tahun 2019 ia tercatat sebagai Ketua Umum MUI Pusat.
Karir politik KH Ma’ruf Amin mulai dari anggota MPR hingga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) tahun 2010-2014. Puncaknya pada tahun 2019 hingga sekarang ia menjadi Wakil Presiden RI mendampingi Presiden Joko Widodo.
- KH Miftachul Akhyar (2018-2021, 2021-sekarang)
Miftachul Akhyar pertama kali menjadi Rais Am NU ketika ia menjadi Pjs Rais Aam NU pada tahun 2018 menggantikan KH Ma’ruf Amin.
Selain dipercaya sebagai Rais Aam NU ia juga dipercaya sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (Ketum MUI) untuk periode tahun 2020 hingga 2025.
Penulis: Kukuh Subekti