ISLAMTODAY ID— Provinsi Sumatera Utara (Sumut) termasuk salah satu wilayah yang dulunya tempat berdirinya sejumlah Kerajaan Islam. Ada tiga masjid yang menjadi warisan sejumlah kerajaan Islam yaitu Masjid Raya Al-Osmani, Masjid Azizi Tanjungpura, dan Masjid Raya Al-Mashun menjadi saksi sejarah.
Masjid-masjid yang berasal dari petengahan abad ke-19 dan awal abad 20 itu berdiri megah dan kokoh. Masing-masing masjid menjadi saksi kejayaan kerajaan Islam di Sumut pada masa silam.
Tiga masjid yang berada di Kota Medan dan Kota Langkat itu sekaligus menjadi saksi kejayaan kesultanan Islam di Sumut. Berikut catatan singkat masjid-masjid tersebut yang dikutip dari Dinamika Sejarah Kesultanan Melayu:
- Masjid Raya Al-Osmani
Masjid Raya Al-Osmani sesuai namanya merupakan masjid yang dibangun pada masa Sultan Osman Perkasa Alamsyah. Ia memerintah pada tahun 1854 sampai tahun 1858.
Masjid peninggalan Kesultanan Deli ini berhadapan langsung dengan istana Sultan Deli. Bahkan makam Sultan Osman juga berada di area masjid.
Masjid yang dibangun pada tahun 1854 ini awalnya menggunakan papan kayu. Ukuran masjid juga terbilang sangat kecil untuk ukuran masjid sebuah kerajaan yakni 16 X 16 meter.
Salah satu masjid tertua di Medan ini mulai membesar setelah mengalami beberapa kali perbaikan. Pada tahun 1884 masjid mulai dibangun secara permanen.
Arsitektur bangunan masjid mengadopsi gaya arsitektur Timur Tengah dan India. Bangunan masjid juga dilengkapi dengan sebuah kubah besar yang terbuat dari tembaga yang didesain khusus untuk ventilasi udara.
Dinding masjid didominasi oleh warna kuning. Sebuah warna yang identik bagi kalangan bangsawan Melayu.
Pembangunan terjadi dalam beberapa kali pertama pada masa Sultan Mahmud Perkasa Alam. Lalu pada masa Belanda di tahun 1927, saat itu proyek pembangunan masjid bekerjasama dengan Belanda, Deli Maatscapij.
Lalu pasca Indonesia merdeka, masjid dibangun kembali pada tahun 1966. Masjid dibangun oleh Walikota Medan.
Alamat Masjid Raya Al-Osmani ini berada di Jalan Medan Belawan km 17,5. Tepatnya di Jalan Yos Sudarso, Desa Pekan Labuhan, Kec. Medan Labuhan, Kab. Medan.
- Masjid Azizi Tanjung Pura
Masjid Azizi berlokasi di Kelurahan Tanjung Pura, Kec. Tanjung Pura, Kab. Langkat. Lokasi masjid tak jauh dari bekas istana Sultan Langkat.
Bagian barat masjid terdapat kompleks makam Sultan Langkat beserta keluarganya dan Pahlawan Nasional asal Sumut, Tengku Amir Hamzah.
Sementara pada sisi timur masjid dulunya merupakan tempat pengadilan era Kesultanan Langkat. Kini area tersebut digunakan sebagai gedung Pancasila.
Syekh Abdul Wahab Rokan adalah tokoh di balik pembangunan Masjid Azizi. Pembangunan masjid dimulai tahun 1320 H atau 1899 M atau pada masa Sultan Langkat Haji Musa.
Di tengah-tengah proyek pembangunan masjid Sultan Haji Musa wafat. Pembangunan masjid pun diselesaikan oleh anaknya, Sultan Abdul Azizi Abdul Jalil Rahmat Syah.
Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1902 pembangunan Masjid Azizi pun selesai dilakukan. Nama Sultan Azizi pun dinisbatkan sebagai nama masjid ini.
Pembangunan Masjid Azizi diperkirakan terjadi pada masa kejayaan Kesultanan Langkat. Pasalnya masjid ini memiliki bangunan yang sangat megah.
Masjid dilengkapi dengan 22 buah kubah yang terdiri atas satu kubah induk, tiga kubah teras, empat kubah sudut dan 14 kubah kecil-kecil. Keberadaan pilar-pilar bangunan yang tinggi bak masjid Timur Tengah makin menambah kesan mewah masjid ini.
Kemegahan Masjid Azizi menjadi inspirasi pembangunan masjid lainnya di kawasan Melayu. Masjid tersebut ialah Masji Zahir di Kedah, Malaysia.
- Masjid Raya Al-Mashun
Masjid Raya Al-Mashun ini lebih dikenal masyarakat Medan dengan nama Masjid Raya. Masjid peninggalan Kesultanan Deli ini dibangun pada 21 Agustus tahun 1906.
Pembangunan masjid dilakukan pada masa Sultan Deli IX yang bernama Sultan Ma’moen Ar-Rasyid. Seorang arsitek berkebangsaan Belandalah yang menjalankan proyek ini.
Gaya arsitekur banguan Masjid Raya Al-Mashun ialah perpaduan antara Timur Tengah, India dan Spanyol.
Masjid Raya Al-Mashun tidak kalah megah dengan dua masjid sebelumnya. Bangunan masjidnya bahkan banyak yang diimpor langsung dari luar negeri mulai dari marmer (Italia-Jerman), lalu kaca patri (China), dan lampu gantung dari Prancis.
Arsitektur masjid ini akan mengingatkan siapapun yang memandangnya pada gaya arsitektur masjid abad pertengahan. Kubah masjid menyerupai model kubah masjid di Turki, sekilas terlihat mirip dengan Masjid Raya Aceh.
Kegiatan syiar Islam mulai dilakukan di masjid ini pada bulan Shaban tahun 1327 atau 10 September 1909. Lokasi masjid sangat strategis, terletak di Jalan Sisingamangaraja, Kota Medan.
Penulis: Kukuh Subekti