ISLAMTODAY ID— Perang Aceh memperlihatkan adanya aksi saling adu siasat antara pihak Belanda dan pejuang Aceh. Tindakan tersebut dilakukan oleh Snouck Hurgronje danTeuku Umar.
Kedua tokoh di atas muncul ketika Perang Aceh yang berlangsung hampir 20 tahun lamanya tak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Belanda terus berambisi untuk menundukkan para pejuang Aceh.
Pemerintah kolonial bahkan telah melakukan berbagai cara dan taktik demi mengalahkan pasukan Aceh. Puncaknya pemerintah kolonial mendatangkan seorang orientalis, Snouck Hurgronje.
Sagimun dalam Teuku Umar mengungkapkan tentang praktik adu siasat antara Snouck Hurgronje dan Teuku Umar. Berikut ini adalah uraian singkat tentang aksi kedua tokoh tersebut:
Snouck Hurgronje
Snouck Hurgronje menjadi salah satu tokoh paling fenomenal dalam sejarah perang Belanda di Nusantara. Ia datang Belanda merasa pesimis dengan banyaknya perlawanan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Islam dan para ulamanya.
Salah satu pertempuran paling sulit bagi Belanda adalah Perang Aceh yang sudah berlangsung sejak tahun 1873. Menghadapi pasukan Aceh, Belanda pun telah melakukan berbagai siasat baik pergantian panglima perang maupun mengubah strategi perang.
Bagi Belanda Perang Aceh yang telah dimulai sejak 26 Maret 1873 telah menewaskan banyak serdadu Belanda. Di sisi lain perang juga telah memakan biaya yang mahal.
Pemerintah kolonial akhirnya mendatangkan seorang orientalis Belanda, Snouck Hurgronje. Sebagai orientalis ia tidak segan-segan menggunakan intrik-intrik jahat seperti berpura-pura masuk Islam.
Demi memuluskan niatnya, Snouck bahkan mengganti namanya menjadi Haji Abdul Ghofur. Kedatangannya ke Nusantara pada tahun 1889 itu diikuti dengan kedatangannya ke Aceh.
Sejak Juli tahun 1891 hingga Februari 1892 ia melakukan penyamarannya di Aceh. Hasil penyamarannya itu dilaporkan kepada pemerintah kolonial dalam judul De Atjehers (Orang Aceh).
Snouck dalam laporannya menyebutkan bahwa musuh utama Belanda ialah para ulama Aceh bukan Sultan Aceh. Hal inilah yang mendorong Belanda terus melakukan serangan membabi buta kepada para ulama Aceh.
Teuku Umar
Setahun setelah Snouck mengakhiri penyamarannya di Aceh, hal yang sama dilakukan oleh Teuku Umar. Pada tahun 1893, Teuku Umar berusaha menyeimbangi kekuatan musuh dengan berpura-pura menyerah pada Belanda.
Pada tahun 1893, Teuku Umar bersama 250 pasukannya berpura-pura tunduk pada Belanda. Alhasil ia dan pasukannya dengan dibekali senjata perang yang lengkap dipercaya Belanda ‘mengamankan’ Aceh.
Teuku Umar bahkan diangkat sebagai panglima perang Belanda dengan gelar Teuku Djohan Pahlawan. Ia pun menjalankan strategi berpura-pura perang dengan sesama pejuang Aceh.
Peperangan yang dilakukan oleh Teuku Umar hanyalah dilakukan kepada mereka yang menindas rakyat. Salah satunya pasukan Mad Amin, aksi penumpasan terhadap Mad Amin ini mengundang simpati Belanda.
Teuku Umar dipercaya Belanda memimpin pasukan lebih dari satu batalyon. Tidak hanya itu pasukan Belanda bahkan telah banyak yang meninggalkan garis konsentrasi.
Strategi ini membuat garis konsentrasi Belanda menjadi lemah. Alhasil, pasukan Aceh dengan mudah melumpuhkan pasukan Belanda
Tiga tahun adalah waktu yang cukup bagi Teuku Umar. Ia pun segera mengakhiri sandiwaranya dan kembali pada pasukan Aceh.
Tepat pada 26 Maret 1896, ia kembali bergabung dengan para ulama, sultan dan pejuang Aceh lainnya. Ia kembali berjuang melawan Belanda dengan modal 880 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg amunisi, 5.000 kg timah, dan uang sebanyak 18.000 dolar.
Strategi Teuku Umar ini sontak membuat geger Belanda. Bahkan pimpinan pasukan Belanda, Deykerhoff diberhentikan dan digantikan oleh Jenderal Vetter.
Penulis: Kukuh Subekti