ISLAMTODAY ID— Al-Biruni diakui dunia sebagai geografer dan astronom yang ahli dalam penentuan garis lintang dan garis bujur. Sebuah garis yang membatasi tiap-tiap negara, ia juga pakar dalam hal ilmu topografi.
Abu Ar-Raihan Al-Biruni seorang ilmuwan besar yang diperkirakan lahir pada tahun 362 H yang bertepatan dengan 4 September tahun 973 M. Salah seorang astronom, geografer dan matematikawan hebat yang diakui dunia.
Al-Biruni bernama lengkap Abu Ar-Raihan Muhammad bin Ahmad Al- Khawarizmi Al-Biruni lahir di Kota Kats, Khawarizm, Asia Tengah. Sebuah pinggiran kota yang dalam bahasa Persia disebut birun.
Sejak kecil, ia berguru pada salah seorang ulama ternama Abu An-Nashr bin Arraq, seorang astronom dan matematikawan ternama abad 10 M. Dari Abu An-Nashr bin Arraq, Al-Biruni mempelajari beragam ilmu terutama matematika dan astronomi.
Intelektualitas seorang Al-Biruni makin berkembang setelah ia merantau ke Kota Jurjan atau Gorgan, salah satu kota di Iran.
Dalam perantauannya itu, ia bekerja kepada Pangeran Syamsul Ma’ali Qabus bin Wasykamir, penguasa Gorgan. Hal ini mendorongnya untuk bertemu dengan para ilmuwan besar masa itu, diantaranya Ibnu Sina.
Selama bekerja di Istana Gorgan inilah ia memulai aktivitas kepenulisannya. Lalu pada tahun 400 H atau 1100 M, ia memutuskan untuk bekerja kepada Abu Al-Abbas Al-Mamun di istana Kharizmiyah.
Selama bekerja di istana Kharizmiyah ini ia harus melewati salah satu fase terburuk dalam sejarah hidupnya. Nyawanya hampir tak tertolong akibat tragedi perebutan kekukasaan yang melibatkan Sultan Al-Ghaznawi.
Beruntung salah seorang ilmuwan pengikut Sultan Al-Ghaznawi telah mengenalnya sebagai salah seorang astronom ternama. Ia pun akhirnya diterima bekerja di Istana Al-Ghaznawi, salah satunya ia bisa mempelajari naskah-naskah Hindu di India.
Kisha ini terungkap daalam 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam karya Muhammad Gharib Jaudah. Saat periode penaklukkan India, ia banyak mempelajari peradaban India, termasuk karya-karya mereka.
“Di sana dia menulis buku-buku tentang sejarah mereka yang menjadi rujukan terpenting bagi India hingga waktu belakangan,” ungkap Muhammad Gharib.
Hal inilah yang mendorongnya dikenal sebagai ilmuwan yang menguasai beberapa bahasa lain selain Arab. Sejumlah bahasa yang dikuasai oleh Al-Biruni lainnya adalah Iberia, Suryani, hingga Sanskerta.
Ilmu Oseanografi
Salah satu ilmju yang dipelajarinya dari bahasa Sanskerta ialah ilmu oseanografi, pasang surut air laut. Selama menetap 13 tahun (1017-1030) di India, ia berhasil membuat karya fenomenal berjudul Kitab Al-Hind atau Kitab Ul-Hind.
Ia dalam salah satu babnya di kitab tersebut menuliskan tentang fenomena pasang surut air laut di Samudera Hindia.
“Al-Biruni menyediakan bab tersendiri dalam karyanya yang terkenal ‘Kitab Al-Hind’ untuk menjelaskan fenomena, bagaimana pasang surut air mengikuti satu sama lain di Samudera, yaitu Samudera Hindia,” ungkap Sejarawan India, NK Panikkar dalam jurnalnya Al-Biruni And The Theory of Tides.
Panikkar bahkan memuji ketekunan Al-Biruni dalam mempelajari naskah-naskah India kuno. Al-Biruni dinilai sebagai ilmuwan pertama yang berhasil mempelajari naskah-naskah kuno India dengan baik.
Naskah-naskah kuno tersebut terdiri atas Matsya Purana, Vinu (Wisnu) Purana, Vayu dan Lingga. Selain itu ia juga membaca kitab kuno lainnya berjudul Taittiriya Samhita, di India Selatan.
“(Dalam) Taittiriya Samhita, kita menemukan bahwa istilah ‘pinva’ digunakan untuk berarti ‘menyebabkan membengkak’ atau ‘meluap’ dalam konteks fenomena pasang surut: samudramabhita; pinvamanam” imbuh Panikkar.
Karya-karya Al-Biruni
Al-Biruni merupakan ilmuwan pertama yang mengatakan adanya pergerakan titik matahari yang terjauh dari bumi. Selain itu ia berhasil membuat tabel-tabel astronomi baru sebagai hasil koreksinya atas tabel-tabel astronomi ilmuwan terdahulu.
Hal ini terangkum dalam dua kitab astronominya Al-Qanun Al-Mas’udi Fi Al-Hai’ah Wa An-Nujum” dan “At-Tafhim li Awa’il Shina’at At-Tanjim.
Selain ilmu astronomi ia juga membuat karya tentang geografi. Bahkan karya Al-Biruni banyak diterjemahkan ke dalam bahasa latin, Shifatul Ma’murah.
Penulis: Kukuh Subekti