ISLAMTODAY ID— Al-Zahrawi adalah seorang dokter ahli bedah dari Andalusia. Ia mendedikasikan hidupnya untuk pengembangan ilmu bedah.
Dokter bedah era Andalusia ini bernama lengkap Abu al- Qasim Khalaf bin al- Abbas al-Zahrawi al-Ansari. Berbagai temuan penting membuatnya sangat layak digelari bapak operasi dalam sejarah kedokteran.
Ia dikenal dengan karyanya yang berjudul Kitab al-Tasrif li-man ’ajiza ’an al ta’lif atau Penulisan Ilmu Kedokteran untuk Seseorang yang Tidak Bisa Menyusun Panduan Sendiri.
Kitab ini terdiri atas 30 jilid yang masing-masing terbagi atas tiga bab khusus. Bab pertama tentang berbagai prinsip umum, bab kedua tentang berbagai penyakit, gejala dan pengobatannya, sementara bab ketiga berisi farmakologi.
“Namun buku yang telah menarik perhatian sejumlah ahli sejarah adalah jilid 30, yang khusus membahas ilmu bedah,” ungkap Ehsan Masood dalam Ilmuwan-ilmuwan muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern.
Pada abad ke-12, jilid ke-30 ini bahkan telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh Gerarda da Cremona. Ia memiliki peran penting dalam perkembangan ilmu bedah di Eropa Barat.
Bahkan hingga abad ke-15 dan 16 Masehi, karyanya telah diterbitkan dalam 10 edisi berbahasa latin. Selain bahasa latin, karya-karyanya juga dieterjemahkan ke dalam bahasa Prancis, Ibrani termasuk bahasa Inggris.
Para ilmuwan mengakui jika kitab karya al-Zahrawi ini berisi berbagai metode pengobatan modern. Mulai dari metode Kocher untuk perawatan terkilir lalu metode untuk memperlancar proses persalinan, metode Walcher.
Pada jilid ke-30 juga secara akuat memuat berbagai jenis alat bedah. Ia juga mengembangkan berbagai alat bedah. Alat-alat bedah hasil karyanya diantaranya pisau bedah, kateter, gergaji, stilet, bidai, otoskop, gunting.
Misalnya tang sebagai alat untuk membantu proses persalinan lalu gunting untuk mengeluarkan amandel tanpa membuat pasien tersedak. Tidak hanya itu ia juga menemukan pisau tersembunyi untuk memotong bisul tanpa mengejutkan pasien.
“Ciptaan penting lainnya yang dibuatnya adalah penggunaan usus hewan sebagai benang bedah dalam operasi organ tubuh,” tutur Ehsan.
Penggunaan usus hewan ini rupanya bukan tanpa alasan. Ketika usus hewan digunakan sebagai benang ia tidak akan menimbulkan reaksi kekebalan tubuh pada pasien.
“(Justru) bertahan cukup lama sampai terserap dengan alami setelah beberapa minggu,” ucap Ehsan.
Penggunaan usus hewan sebagai benang jahit luka dalam sangatlah tepat karena daya serapnya yang alami. Penemuan ini dinilai sebagai temuan paling berharga dalam sejarah ilmu bedah.
Dokter Bedah Istana
Nama al-Zahrawi di Eropa dikenal dengan nama Albucasis. Seorang ilmuwan kelahiran Kota Az-Zahra, sebuah kota di pinggiran Cordova pada tahun 325 H atau tahun 937 M.
Ahli bedah muslim ternama di dunia ini diperkirakan wafat pada tahun 404 H atau bertepatan dengan tahun 1013 M.
Ia merupakan salah satu dokter istana era Khalifah Al-Hakam Al-Mustanshir bin Abdurrahman An-Nashir.
Pada masanya Cordova adalah pusat peradaban dan pusat intelektual di tanah Eropa. Ibukota pemerintahan Islam ini berpenduduk 1 juta jiwa. Kota ini memiliki ragam fasilitas umum yang terdiri atas 80 sekolah, 50 rumah sakit, dan perpustakaanya memiliki koleksi hingga 600ribu karya.
Sayangnya pada tahun 1010 M, istana Cordova dihancurkan, karya-karya intelektual era Andalusia banyak yang hilang.
Selain menjadi dokter istana, al- Zahrawi juga seorang guru dan psikiater. Ia adalah seorang ilmuwan yang secara serius menangani masalah pendidikan bagi anak-anak hingga etika di meja makan.
Penulis: Kukuh Subekti