ISLAMTODAY ID— Kedatangan Islam memberikan sentuhan tersendiri dalam perkembangan seni batik di Nusantara. Seni membatik menjadi bagian penting dalam islamisasi Nusantara.
Batik pada masa Islam menghindari motif-motif yang bernuansa makhluk hidup. Sehingga salah satu ciri dari seni membatik era Islam adalah meniadakan motif binatang.
Salah satu batik yang berkembang era Islam ialah batik Wahyu Tumurun. Batik ini di dalamnya memuat berbagai simbol-simbol penting diantaranya sawung atau ayam jantan, yang pembuatannya menyesuaikan dengan syariat Islam.
Batik Wahyu Tumurun bermakna batik Nuzulul Qur’an sudah ada sejak era Kesultanan Mataram Islam, tepatnya tahun 1480 M. Motif batik ini terus berkembang sejak era Panembahan Senopati lalu Sultan Agung Hanyakrakusuma dan disempurnakan oleh Sultan Hamengku Buwono (HB) I.
Nuansa ke-Islaman begitu kental dalam motif batik Wahyu Tumurun. Setiap gambar yang terdapat di dalam batik memiliki makna istimewa hingga pesan-pesan moral.
Berikut ini simbol-simbol Islam dalam batik Wahyu Tumurun, nilai filosofi ke-Islamannya yang tinggi menjadikannya layak menjadi busana itikaf Sultan HB I:
Pertama, redi yang berarti gunung bercahaya dengan gua di tengahnya, Jabal Nur dan Gua Hira, tempat wahyu pertama turun.
Kedua, elar yang artinya sayap, malaikat.
Ketiga, Sawung atau ayam jago. Suara kokok ayam jantan pertanda waktu fajar. Selain itu pada malam itu turun pula malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Allah untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al-Qadr: 4-5).
Keempat, ketopong (mahkota terbang). Karena penghafal Al Qur’an dipakaikan mahkota yang bersinar melebihi cahaya mentari.
Kelima, lung-lungan (cabang-cabang tumbuhan). Sebab, yang akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (QS. Ibrahim: 24)
Keenam, kusuma(bunga) dan buah Sawo Kecik (sarwo becik; serba baik). Sebab, akhlak pembaca Al Qur’an harus harum mewangi dan manis rasanya (Surah Ibrahim: 25).
Keenam Isen-isen Keras (susunan batuan granit di pegunungan), sebagai pengingat bahwa gunung pun akan hancur karena takut pada Allah jika Al Qur’an diturunkan padanya (Surah Al Hasyr: 21). Dan jangan sampai hati kita mengeras bagai batu, padahal di antara batu pun ada yang di selanya mengalir sungai; ada yang terbelah kemudian memancarkan air; dan ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah (Surah Al Baqarah: 74).
Ustadz Salim A. Fillah mengungkapkan tentang makna motif Sawung dalam Batik Wahyu Tumurun. Motif ini sebagai penanda datangnya malaikat pada waktu malam hari sebagaimana hadist Rasulullah tentang makna dibalik suara ayam jantan.
“Sawung (ayam jantan) ini melambangkan keberanian. Sawung bahkan disebutkan oleh Nabi Shallallahu A’laihi Wasalam sebagai penanda hadirnya malaikat,”
Penulis: Kukuh Subekti