(IslamToday ID) – Ekuador benar-benar tak berdaya dihajar pandemi virus corona. Sejumlah warga di Kota Guayaquil harus menunggu berhari-hari untuk mengetahui kabar anggota keluarganya akibat terjangkit corona.
Seperti pada Jumat (10/4/2020) ketika seorang pejabat berpakaian lengkap dengan alat pelindung diri (APD) melangkah keluar dari pintu ke Rumah Sakit (RS) Los Ceibos di Guayaquil. Di luar RS, sejumlah warga sudah menunggu berita keluarganya yang meninggal karena corona.
Sang pejabat kemudian membacakan nama-nama mereka yang telah meninggal akibat corona di hadapan beberapa orang. Beberapa tangis pecah. Mereka menangis karena akhirnya setelah beberapa hari mendapatkan kepastian bahwa jenazah keluarga mereka akan dibebaskan oleh rumah sakit.
Namun bagi Isabel Hernandez, ibu tiga anak berusia 43 tahun, penantian ini belum berakhir. Suaminya meninggal pada Minggu pagi karena penyakit Covid-19. “Saya terakhir melihatnya ketika dia memakai tabung, yang merupakan hari Jumat minggu lalu,” katanya.
Hernandez membutuhkan waktu dua hari untuk mendapatkan dokumentasi yang ia butuhkan untuk membebaskan jenazah suaminya dari rumah sakit. Selain itu, sertifikat kematian karena wabah corona sekarang dapat diunduh dari internet.
Ia takut mayat itu akan dibawa ke lubang-lubang yang disediakan pemerintah, yang ia anggap sebagai kuburan massal Covid-19.
Selama berminggu-minggu, mayat-mayat dikumpulkan di rumah-rumah usai runtuhnya sistem kamar mayat di rumah sakit.
Perlakuan rumah sakit terhadap orang mati telah menyebabkan banyak warga Ekuador kehilangan kepercayaan pada pemerintah. Pemerintah sebelumnya sudah membentuk pasukan khusus untuk mengurus mayat-mayat yang dikumpulkan di rumah.
Sementara itu, ratusan tahanan di Ekuador membuat peti mati untuk membantu mencukupi kekurangan suplai di Guayaquil. Guayaquil merupakan salah satu episentrum pandemi virus corona di Amerika Latin dan mencatatkan jumlah kematian yang cukup tinggi.
Para tahanan di Ambato, sebuah kota di selatan ibukota Quito akan membuat peti mati dengan menggunakan kayu yang disita oleh otoritas lingkungan. Rencananya, peti mati akan mulai dikirim pada minggu depan ke Provinsi Guayas selatan, yang memiliki jumlah kasus virus corona hingga 68 persen.
“Kementerian Lingkungan Hidup menyumbangkan kayu sitaan, yang akan digunakan untuk tujuan mulia, yaitu memberikan peti mati kayu kepada keluarga yang kehilangan orang yang mereka cintai,” kata Menteri Lingkungan Hidup, Juan De Howitt dalam sebuah pernyataan.
Para tahanan akan membuat peti mati secara manual menggunakan 734 meter kubik kayu yang disita dalam sejumlah operasi sebelum pandemi virus corona. Sejauh ini, belum ada kasus virus corona yang dikonfirmasi di seluruh penjara di Ekuador.
Otoritas penjara telah membatasi kunjungan untuk mencegah pandemi virus corona. Penjara di Ekuador diketahui memiliki populasi sekitar 39.000 tahanan.
Pandemi virus corona telah menyebabkan suplai peti mati di Guayaquil berkurang drastis. Hal itu mendorong sejumlah keluarga untuk menguburkan keluarga mereka dengan kotak kardus yang disumbangkan oleh perusahaan swasta. Beberapa keluarga mengeluhkan tingginya biaya untuk peti mati dan pemakaman di kota tersebut.
Presiden Lenin Moreno mengatakan, jumlah kematian akibat virus corona di provinsi Guayas dapat meningkat hingga 3.500. Oleh karena itu, pihak berwenang telah membuat pemakaman umum darurat dan mengatur harga pemakaman.
Untuk diketahui, meskipun Ekuador merupakan negara kecil dengan penduduk 17,5 juta orang, negara ini adalah yang paling parah terkena dampak virus corona di Amerika Latin. Total jumlah kasus corona hampir 5.000 kasus dan 272 kematian. Wabah ini berpusat di kota terbesar Ekuador, Guayaquil.
Sebelumnya, pemandangan menyeramkan terlihat di berbagai sudut kota gara-gara pandemi corona. Jenazah terlihat tergeletak di pojok Kota Guayaquil. Jenazah ini hanyalah satu dari banyak korban meninggal akibat corona. (wip)
Sumber: Republika.co.id, Rmol.id