(IslamToday ID) – Stabilitas ekonomi dunia mulai terganggu oleh pandemi virus corona yang tak kunjung berlalu. Tidak hanya negara berkembang atau miskin, bahkan negara-negara maju juga mulai terdampak. Sebut saja negara maju seperti Perancis dan Jerman, serta negara-negara di wilayah Sub-Sahara Afrika turut terkena “getahnya”.
Para ekonom memperkirakan laju ekonomi negara maju di Benua Eropa menyusut hingga 10 persen pada kuartal II 2020.
Dilansir dari AFP, Menteri Keuangan Perancis, Bruno Le Maire menyebut perekonomian Perancis bakal merosot hingga 8 persen, lebih tinggi dari perkiraan awal yang ia sampaikan pekan lalu, 6 persen.
“Perekonomian Perancis diperkirakan akan terkontraksi 8 persen tahun ini. Ini dampak dari karantina nasional virus corona yang diperpanjang hingga 11 Mei,” kata Le Maire, Selasa (14/4/2020).
Ia sebelumnya memperkirakan karantina nasional hanya berlangsung satu bulan, bukan dua bulan seperti yang diumumkan oleh Presiden Emmanuel Macron dalam pidato yang disiarkan televisi pada Senin malam.
Sebagai catatan, Perancis menerapkan karantina nasional sejak Selasa (17/3/2020) lalu. Kebijakan tersebut sempat diperpanjang hingga Rabu (15/4/2020) lalu terakhir kembali diperpanjang hingga Senin (11/5/2020).
Perpanjangan itu sejalan dengan peningkatan jumlah kasus positif virus corona. Berdasarkan data Worldometers, jumlah kasus positif virus corona Perancis per Selasa (14/4/2020) tercatat 136.779 kasus dengan 14.967 pasien meninggal dan 27.718 sembuh.
Hal serupa juga terjadi pada Jerman. Beberapa lembaga riset dan analisis seperti IFO (Lembaga Riset Ekonomi), DIW (lembaga Riset Ekonomi Jerman) dan RWI (Lembaga Riset Ekonomi Leibniz) menyebut dalam laporan musim semi tahunan perekonomian Jerman akan menyusut 9,8 persen secara tahunan pada kuartal II 2020. “Pandemi corona akan memicu resesi serius di Jerman,” kata mereka.
Penurunan pada kuartal II 2020 disebut dua kali lebih besar dari yang terlihat selama krisis keuangan pada 2008-2009 yang menandai penurunan paling tajam sejak pencatatan oleh lembaga pada 1970. “Selama setahun penuh, perekonomian di Jerman diprediksi kontraksi sebesar 4,2 persen,” tambahnya.
Prediksi tersebut sejalan dengan pernyataan Menteri Ekonomi Jerman, Peter Altmaier yang baru-baru ini menyebut jika perekonomian Jerman akan terkontraksi sekitar 5 persen pada tahun ini.
Sebelumnya, Jerman telah menggelontorkan “paket” sebanyak 1,1 triliun euro untuk meredam “pukulan” bagi perusahaan dan para karyawan. Paket tersebut mencakup jaminan negara untuk pinjaman ke bisnis, akses yang lebih mudah ke tunjangan bagi pekerja yang memiliki jam kerja lebih sedikit, dan dukungan langsung untuk perusahaan yang paling terpukul atas pandemi Covid-19 ini.
Selama ini Jerman disebut memiliki tingkat pengangguran yang rendah, yakni sekitar 5 persen. Selain itu para pekerja diberikan upah yang relatif tinggi sebagai upaya pendorong utama pertumbuhan negara melalui konsumsi domestik.
Sementara, wabah virus corona dikhawatirkan akan mengerek tingkat pengangguran di Jerman. Per Selasa (14/4/2020), jumlah kasus infeksi corona di Jerman mencapai 130.072 kasus dengan 3.194 orang meninggal dan 68.200 telah sembuh.
“Pengangguran bisa naik menjadi 5,9 persen berdasarkan laporan tahun ini,” jelas perwakilan lembaga riset ekonomi di Jerman.
Tak hanya di Eropa, Bank Dunia memperingatkan wilayah Sub-Sahara Afrika kemungkinan untuk mengalami resesi pertamanya dalam 25 tahun terakhir karena wabah corona. Per Selasa (14/4/2020), kasus positif corona terjadi di hampir 60 wilayah Benua Afrika, di mana jumlahnya mencapai 16.027 kasus dengan 838 pasien meninggal dan 3.052 pasien dinyatakan sembuh.
“Kami memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi di Sub-Sahara Afrika akan menurun dari 2,4 persen pada 2019 menjadi -2,1 menjadi -5,1 persen pada 2020,” kata Bank Dunia dalam sebuah riset.
Wakil Bank Dunia untuk Afrika, Hafez Ghanem menyebut pandemi Covid-19 akan sangat memukul negara-negara di Afrika meski penyebaran virus tak secepat di negara Benua Eropa seperti Perancis dan Italia.
“Pandemi Covid-19 sedang menguji batas masyarakat dan ekonomi di seluruh dunia, dan negara-negara Afrika cenderung terpukul sangat keras,” katanya.
Diperkirakan tiga negara di Afrika yang paling terpukul atas pandemi ini antara lain Nigeria, Afrika Selatan, dan Angola.
Kepala Bank Dunia untuk Afrika, Albert Zeufack memperkirakan PDB ketiga negara tersebut akan menyusut di kisaran 6-7 persen pada tahun ini. Terlebih, harga minyak dunia juga tengah anjlok.
“Ini akan menjadi resesi terdalam di dunia tetapi juga mempengaruhi Afrika, dan alasan mengapa ini sangat serius adalah karena itu bukan hanya krisis kesehatan. Ini adalah krisis kesehatan yang akan dikombinasikan dengan krisis ekonomi dan berpotensi krisis pangan di negara-negara Afrika,” tambahnya. (wip)