(IslamToday ID) – Aksi unjuk rasa solidaritas untuk George Floyd, warga kulit hitam Amerika Serikat (AS) yang tewas di tangan polisi beberapa waktu lalu, meluas di daratan Eropa. Ribuan orang berkumpul di kota-kota besar di Eropa untuk menyuarakan kecaman terhadap kebrutalan polisi dan diskriminasi rasial.
Dikutip dari Trtworld, protes global itu menunjukkan sebuah kemarahan yang meningkat atas perlakuan polisi terhadap etnis minoritas. Floyd dicekik hampir 9 menit menggunakan lutut oleh seorang polisi kulit putih.
Setelah seharian protes anti-rasisme di seluruh Eropa, polisi Berlin, Jerman menyatakan 93 orang ditahan karena terlibat bentrokan dengan polisi.
Polisi mengatakan beberapa petugas dan seorang fotografer media di Berlin terluka akibat dilempari botol dan batu oleh para demonstran. Sebelumnya, polisi telah meminta para demonstran di Alun-alun Kota Alexander itu untuk membubarkan diri.
Polisi Berlin mengatakan 28 perwira polisi mengalami luka ringan akibat bentrokan tersebut.
Di Hamburg, Inggris, polisi menggunakan semprotan merica untuk menghalau para demonstran serta bersiap mengerahkan watercanon. Satu petugas terluka setelah terjadi bentrok dengan demonstran.
Demonstran anti-rasisme Inggris berkumpul di London pusat untuk menyuarakan kemarahan mereka pada kebrutalan polisi.
Awalnya demonstrasi berlangsung damai di dekat kediaman Perdana Menteri (PM) Boris Johnson. Kemudian terjadi insiden melempar botol ke polisi, dan akhirnya terjadi dorong-dorongan antara polisi dan demonstran.
Seorang petugas terpaksa harus dirawat di rumah sakit setelah jatuh dari kudanya, dan 9 petugas lainnya mengalami luka-luka.
Polisi London menyatakan pada Sabtu (6/6/2020) malam telah menangkap 14 orang dan diperkirakan jumlah itu akan meningkat. Sebelumnya, lebih dari 1.000 pengunjuk rasa berbaris melewati Kedutaan Besar AS di tepi selatan Sungai Thames.
Di kota-kota besar Spanyol, Barcelona dan Madrid, protes anti-rasisme juga terjadi dengan ratusan peserta meskipun ada pembatasan sosial akibat virus corona.
Di kota pelabuhan Perancis, Marseille, polisi menembakkan gas air mata dan semprotan merica untuk menghalau para demonstran yang telah melempari mereka dengan botol dan batu. Demonstrasi di kota itu diikuti lebih dari 2.000 orang.
Para demonstran berlutut di depan para petugas anti huru hara. Mereka menyampaikan orasi dan meneriakkan yel-yel sebelum melanjutkan aksi konvoi melalui kota dari Pelabuhan Tua yang terkenal di Mediterania.
Demonstrasi itu hanya salah satu yang terjadi di beberapa kota di Perancis. Kematian Floyd juga menjadi inspirasi untuk menyoroti pelanggaran serupa yang dilakukan oleh polisi Perancis. Bahkan, minoritas di Perancis menjadi sasaran pelecehan serta mengalami hal lebih buruk yang dilakukan oleh petugas.
Sebelumnya, polisi telah melarang demonstrasi di depan Kedutaan Besar AS karena risiko gangguan sosial dan pandemi virus coron. Namun, konvoi demonstrasi tetap digelar meskipun ada larangan, dan tetap berakhir damai.
Warga Italia juga mengambil jalan demonstrasi untuk melawan kebrutalan polisi dan solidaritas untuk Floyd. Namun kekhawatiran atas gelombang kedua wabah corona muncul di kota-kota Eropa setelah adanya aksi demonstrasi itu. [wip]