(IslamToday ID) – Perdana Menteri (PM) Narendra Modi pada hari Rabu (17/6/2020) menyerukan pertemuan semua partai setelah 20 tentara India tewas dalam bentrokan perbatasan dengan tentara China. Media setempat melaporkan tampaknya China menunjukkan keinginan untuk mengurangi ketegangan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian mengatakan kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan masalah ini melalui dialog dan melakukan upaya untuk meredakan situasi serta menjaga perdamaian dan ketenangan di daerah perbatasan.
Setidaknya satu perwira dan 19 tentara India tewas dalam bentrokan di perbatasan Lembah Galwan dengan pasukan China pada Senin malam. Tidak ada tanggapan dari PM Modi atas kematian para tentaranya itu, membuat media lokal dan lawan-lawan politik bersuara keras.
Modi dalam sebuah pesan Twitter hanya menyerukan pertemuan kedua pihak pada hari Jumat (19/6/2020) untuk membahas situasi. Tetapi ia tidak membuat komentar lain tentang konfrontasi antara India dengan China.
Juru bicara Kementerian Pertahanan India, Kolonel Aman Anand tidak menanggapi pertanyaan tentang situasi konfrontasi, atau apakah pembicaraan direncanakan untuk meredakan ketegangan.
India Memprovokasi
Dalam keterangan persnya, Zhao mengulangi klaim China bahwa bentrokan terjadi setelah pasukan India memprovokasi dan menyerang tentara China, sehingga menimbulkan ketakutan, konfrontasi fisik sehingga jatuh korban. China belum mengatakan apakah ada tentaranya yang terluka atau terbunuh.
“China telah mengajukan protes keras dengan pihak India. Kami sekali lagi meminta India untuk bertindak berdasarkan konsensus, secara ketat mendisiplinkan pasukan garis depannya untuk tidak melewati batas, tidak melakukan provokasi, dan tidak mengambil tindakan sepihak yang mungkin memperumit keadaan,” kata Zhao.
PBB mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri.
“Kami prihatin dengan laporan kekerasan dan kematian di Garis Kontrol Aktual antara India dan China,” kata juru bicara PBB Eri Kaneko. “Kami mencatat hal positif bahwa kedua negara telah punya etikad untuk meredakan situasi.”
Langgar Perbatasan
Ketika beberapa komentator menyeru untuk balas dendam, pemerintah Modi diam tentang dampak dari bentrokan.
Kementerian Luar Negeri India menuduh Beijing berusaha mengubah status quo antara kedua negara di wilayah Ladakh timur.
“Mengingat pendekatannya yang bertanggung jawab terhadap manajemen perbatasan, India sangat jelas bahwa semua kegiatannya selalu berada di luar dari LAC (Garis Kontrol Aktual).”
Kementerian Luar Negeri India mengatakan bahwa insiden itu terjadi sebagai upaya pihak China untuk mengubah status quo secara sepihak di Lembah Galwan. “Kami mengharapkan hal yang sama dari pihak China,” kata juru bicara kementerian Anurag Srivastava, merujuk pada perbatasan de facto antara kedua negara.
Ia menambahkan bahwa India dan China telah membahas melalui saluran militer dan diplomatik, bagaimana memperbaiki situasi.
Perkelahian Tangan Kosong
Sebuah surat kabar resmi Partai Komunis menyatakan bentrokan itu terjadi karena India salah menilai kekuatan dan kemauan tentara China.
Global Times, yang sering mencerminkan pandangan nasionalistis dalam kepemimpinan partai, mengatakan China tidak mengungkapkan terbuka apakah ada korban dalam pertempuran untuk menghindari perbandingan dan mencegah eskalasi lebih lanjut.
Pasukan keamanan India mengatakan tidak ada pihak yang melepaskan tembakan dalam bentrokan di wilayah Ladakh pada Senin malam, yang merupakan konfrontasi mematikan pertama di perbatasan yang disengketakan antara India dan China sejak 1975.
“Tentara India mengatakan tiga tentara pada awalnya tewas, kemudian 17 lainnya tewas setelah terluka dan berada di suhu di bawah nol derajat di dataran tinggi,” katanya, Selasa.
Pejabat keamanan India yang enggan disebut namanya menyatakan pasukan kedua belah pihak saling berkelahi dengan tangan kosong dan batu. Kemudian, setelah bentrokan kedua belah pihak meninggalkan lokasi.
Sementara, para ahli menyatakan kedua negara tidak mungkin menyatakan perang dan akan segera meredakan ketegangan dengan cepat.
Nuklir Nasionalis
“Ini kemungkinan akan menjadi momen penting dalam hubungan India-Cina dan geopolitik Indo-Pasifik,” kata Abraham Denmark, Direktur Program Asia di The Wilson Centre.
“Kami telah melihat bentrokan paling mematikan di perbatasan China-India selama lebih dari 50 tahun, kedua negara dipimpin oleh orang-orang yang menganut nasionalisme, dan kedua negara menghadapi pergolakan domestik dan internasional yang luar biasa sebagai akibat Covid-19 dan lainnya.”
Pertanyaan utama sekarang adalah apakah kedua pihak dapat menemukan jalan menuju eskalasi, dan apakah sekutu India seperti Amerika Serikat akan membantu. “Ini adalah situasi yang sangat fluktuatif dan berbahaya antara dua kekuatan nuklir nasionalis saat pengaruh Amerika telah sangat berkurang,” kata Denmark. [wip]