(IslamToday ID) – India memperingatkan China agar tidak membuat klaim berlebihan terkait kedaulatan wilayah di Lembah Galwan. Kedua negara berusaha untuk mengakhiri perselisihan di wilayah Pegunungan Himalaya menyusul bentrokan mematikan yang terjadi pada Senin lalu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Anurag Srivastava mengatakan kedua pihak telah sepakat untuk menangani situasi dengan bertanggung jawab. “Membuat klaim yang berlebihan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan bertentangan dengan pemahaman ini,” katanya dikutip dari Aljazeera, Jumat (19/6/2020).
Menurut Srivastava, bentrokan terjadi karena upaya pihak China untuk secara sepihak mengubah status quo di perbatasan. “Kami tetap yakin perlunya menjaga perdamaian dan ketenangan di daerah perbatasan, serta penyelesaian perbedaan melalui dialog,” katanya.
Kedua belah pihak saling menuduh menghasut bentrokan pada Senin malam antara pasukan mereka di Lembah Galwan, bagian dari wilayah yang disengketakan di wilayah Ladakh.
Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi memperingatkan New Delhi untuk tidak meremehkan tekad Beijing dalam melindungi apa yang dianggapnya sebagai wilayah kedaulatannya. Komentarnya muncul melalui telepon dengan mitranya dari India, Subrahmanyam Jaishankar, Rabu (17/6/2020) waktu setempat.
Wang mengatakan China menuntut agar India melakukan penyelidikan menyeluruh dan menghukum dengan keras mereka yang bertanggung jawab. “Sisi India sebaiknya tidak membuat penilaian yang salah terhadap situasi, lebih baik tidak meremehkan tekad kuat China untuk mengamankan wilayah kedaulatannya,” kata Wang dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri.
Ia mengulangi klaim China bahwa India bertanggung jawab penuh atas konflik. China melihat pasukan India telah melewati garis batas dua negara yang disebut Line of Actual Control (LAC) membagi ribuan tentara dari kedua belah pihak yang dikerahkan di daerah tersebut.
Jaishankar kemudian menuduh China mendirikan sebuah bangunan di Lembah Galwan. Tindakan ini ia sebut sebagai aksi terencana dan bertanggung jawab langsung atas kekerasan dan korban yang diakibatkannya. Menurutnya, insiden itu akan memiliki dampak serius pada hubungan India dengan China.
Sementara itu, Perdana Menteri India Narendra Modi memuji tentaranya yang tewas dalam bentrokan. “Pengorbanan mereka tidak akan sia-sia,” katanya.
“Bagi kami, persatuan dan kedaulatan negara adalah hal yang paling penting. India menginginkan perdamaian, tetapi ketika diprovokasi, ia mampu memberikan jawaban yang pantas jika diprovokasi,” tambahnya.
Ribuan tentara di kedua belah pihak berhadapan selama lebih dari sebulan di sepanjang bentangan terpencil LAC 3.380 kilometer perbatasan de facto. Wilayah itu didirikan setelah perang antara India dan China pada 1962 yang kemudian terjadi gencatan senjata.
China mengklaim sekitar 90.000 kilometer persegi wilayah di timur laut India. Sementara India mengatakan China menempati 38.000 kilometer persegi dari wilayahnya di Dataran Tinggi Aksai Chin di Himalaya, bagian yang berdekatan dari wilayah Ladakh.
India secara sepihak mendeklarasikan Ladakh sebagai wilayah federal dan malah memisahkannya dari wilayah Kashmir yang dikelola India pada Agustus 2019. China termasuk di antara segelintir negara yang mengecam keras langkah itu. China pun mengangkatnya di forum internasional termasuk Dewan Keamanan PBB.
Majelis Umum PBB pada Rabu malam memilih India, Meksiko, Norwegia, dan Irlandia sebagai empat anggota tidak tetap Dewan Keamanan untuk tahun 2021 dan 2022. Hasilnya berarti India sekarang akan memiliki kursi di meja yang sama dengan China. [wip]