(IslamToday ID) – Oposisi Venezuela membantah tuduhan telah menjarah kekayaan minyak negara seperti yang dilontarkan oleh pemerintah Presiden Nicolas Maduro.
Pemimpin oposisi Juan Guaido mengatakan di Twitter, Kamis (18/6/2020), bahwa pemerintah Maduro menyerang Jaksa Penuntut Khusus, Jose Ignacio Hernandez, karena menuduh pemerintah mencoba menjual CITGO. Jose Ignacio juga dituduh telah menantang kediktatoran Venezuela.
CITGO adalah kilang minyak berbasis di AS dan pemasar mayoritas yang dimiliki oleh PDVSA, perusahaan minyak dan gas alam Venezuela.
“Mereka yang merebut kekuasaan mengakui dengan serangan-serangan ini bahwa kami telah berhasil mempertahankan aset negara kami di luar negeri. Sebuah fakta yang tidak terjadi dalam 20 tahun terakhir,” kata Majelis Nasional Pimpinan Oposisi, Sabtu (20/6/2020), seperti dikutip di Anadolu Agency.
“Hari ini CITGO terus menjadi milik rakyat Venezuela. Pemegang obligasi yang berupaya menagih utang ilegal, sebagai konsekuensi dari manajemen aset yang mengerikan dari Hugo Chavez dan Nicolas Maduro, belum dapat mengakses untuk mengendalikan ini karena kami telah mencegahnya.”
Pernyataan Juan Guaido meluncur beberapa jam setelah Wakil Presiden (Wapres) Delcy Rodriguez menuduhnya dan Jose Ignacio merancang skema untuk merusak kepentingan Venezuela dengan dukungan dari Washington.
“Dia berusaha untuk mengambil alih aset keuangan negara di luar negeri, terutama sumber daya perusahaan minyak,” kata Wapres Rodriguez.
Ia mempresentasikan beberapa dokumen dan audio yang menunjukkan hubungan antara jaksa dan Direktur Bank Dunia David Malpass, yang merupakan pejabat Departemen Keuangan AS pada 2017 hingga 2019.
“Dengan dukungan Malpass, perampas dimaksudkan atas nama Venezuela untuk menguntungkan perusahaan-perusahaan AS,” katanya.
Contoh yang paling nyata dari proyek penjarahan ini adalah permintaan 8 miliar dolar yang dikenakan oleh perusahaan minyak terbesar ketiga AS Conoco Phillips pada PDVSA. Ia menegaskan bahwa Jose Ignacio berada di belakang seluruh manuver itu.
Venezuela mengalami krisis ekonomi yang mengerikan karena menurun drastis menyusul penurunan global pada harga minyak mentah, ekspor utama negara itu, dan krisis politik karena Maduro dan Guaido terlibat dalam perebutan kekuasaan yang pahit selama lebih dari setahun belakangan. [wip]