(IslamToday ID) – Milisi Houthi, Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kota Jizan, Arab Saudi pada Minggu (12/7/2020) malam waktu setempat. Juru bicara militer Houthi, Yahya Sarea menyatakan, pasukannya menyerang sebuah fasilitas minyak besar di Kota Jizan dengan drone bersenjata dan rudal.
“Dengan banyak drone, angkatan bersenjata kami menargetkan pesawat militer, akomodasi pilot, dan sistem Patriot (rudal) di Khamis Mushait, dan sasaran militer lainnya di Bandara Abha, Jizan, dan Najran,” katanya, seperti dikutip di Aljazeera, Selasa (14/7/2020).
“Selain itu, fasilitas minyak raksasa di zona industri Jizan. Serangan itu akurat,” tambahnya.
Khamis Mushait, Abha, Jizan, dan Najran semuanya di Saudi barat daya dekat perbatasan Yaman. Sebelumnya, koalisi pimpinan Saudi yang memerangi Houthi mengatakan, Saudi mencegah dan menghancurkan empat rudal dan enam drone peledak yang ditembakkan Houthi di perbatasan Saudi. Meski tidak ada konfirmasi Saudi di mana mereka mencegat rudal itu.
Koalisi dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita pemerintah Saudi, SPA, tidak mengatakan di mana objek dicegat tetapi mengatakan pesawat telah diluncurkan dari ibukota Hana yang dikontrol Sanaa menuju Saudi.
Perusahaan minyak Saudi Aramco mengoperasikan kilang 400.000 barel per hari di kota Laut Merah Jizan, yang terletak sekitar 60 km (40 mil) dari perbatasan Yaman. Namun hingga kini, Aramco tidak segera membalas permintaan komentar.
Serangan lintas perbatasan oleh gerakan Houthi yang didukung Iran itu meningkat sejak akhir Mei yang bertepatan dengan gencatan senjata berakhir karena pandemi Covid-19. Pada akhir Juni, rudal Houthi pun telah mencapai ibukota Saudi, Riyadh.
Saudi melakukan intervensi di Yaman pada Maret 2015 setelah Houthi menggulingkan pemerintah yang didukung internasional pada akhir 2014. Houthi mengendalikan sebagian besar pusat kota. Mereka mengklaim bahwa tengah berjuang melawan sistem yang korup di Yaman.
Media yang dikelola Houthi, Al Masirah menyatakan Saudi telah melakukan serangan udara di berbagai daerah di bawah kendali Hothi pada Senin. Oleh karenanya, PBB telah mengadakan pembicaraan virtual di antara pihak-pihak yang bertikai tentang gencatan senjata permanen dan langkah-langkah membangun kepercayaan untuk memulai kembali perundingan perdamaian.
Namun demikian, diskusi telah diperumit oleh gelombang kekerasan sejak gencatan senjata berakhir. Perang di Yaman telah menewaskan lebih dari 100.000 orang dan menyebabkan krisis kemanusiaan terbesar di dunia. [wip]