(IslamToday ID) – Pemerintah Belarusia menangkap 33 tentara bayaran dari Rusia yang kemungkinan besar berafliasi dengan tentara bayaran terkenal Rusia, Wagner Group.
Presiden Belarusia, |heran dan terkejut dengan kejadian tersebut, mengingat hubungan antara Belarusia dengan Rusia selama ini cukup harmonis. Ia pun mendesak pemerintah Rusia menjelaskan mengapa ada 33 tentara bayaran berkewarganegaraan Rusia di Minsk.
Keamanan Belarusia semakin ditingkatkan setelah terjadinya demo besar-besaran oleh masyarakat Belarusia yang menentang kebijakan ekonomi, penanganan Covid-19, dan larangan berkumpul oleh Presiden Lukashenko.
Dikutip dari The Guardian, Kamis (30/7/2020), keberadaan tentara bayaran Rusia yang berhasil ditangkap oleh KGB Belarusia di wilayah Minsk dan selatan Belarusia, disebabkan adanya ancaman teror terkait pelaksanaan pemilu presiden (Pilpres) Belarusia 2020.
Pilpres Belarusia sendiri akan dilaksanakan pada 9 Agustus 2020, dimana hal ini akan menentukan arah gerak negara ke depannya. Beberapa hari sebelum terjadinya aksi penangkapan tentara bayaran, pemerintah Belarusia sudah mengkritik negara Barat, seperti Polandia dan Federasi Rusia yang merupakan salah satu sekutu terdekatnya, yang dianggap tengah menyabotase penyelenggaran Pilpres yang akan datang.
Ternyata selain adanya keterlibatan tentara bayaran yang mencoba untuk mengacaukan situasi Belarusia selama kegiatan Pilpres, terdapat ancaman lain yang mengintai. Intelijen Belarusia mengabarkan setidaknya dalam beberapa minggu terakhir, terdapat 200 pejuang asing yang sebagian besar berasal dari Rusia dan Ukraina masuk ke Belarusia.
Pejuang asing ini dianggap pemerintah Belarusia memiliki peran yang sama seperti keterlibatan tentara bayaran Rusia yang telah ditangkap. Wilayah Eropa Timur yang sebelumnya hanya Ukraina saja yang tengah dilanda perang saudara dan masuknya pejuang asing, sekarang diprediksi akan merembet ke Belarusia, apabila otoritas keamanan Belarusia gagal menjamin kestabilan dan keamanan negaranya.
Tidak ada yang menyangka jika kursi kepresidenan Alexander Lukashenko sedang berada di ujung tanduk. Dilaporkan Reuters, Lukashenko sudah memimpin Belarusia sejak tahun 1994 ketika negara itu resmi mengadopsi sistem presidensial setelah puluhan tahun dibawah naungan Dewan Tertinggi Uni Soviet. Selama dalam kepemimpinannya, Belarusia disebut media Barat sebagai negara diktator terakhir di Benua Eropa.
Kasus korupsi yang merajalela dan sistem pengawasan terhadap masyarakat Belarusia yang sangat berlebihan, membuat sebagian dari mereka marah sehingga melancarkan aksi demo besar-besaran menentang Lukashenko. Pemerintah Belarusia sendiri sering kali menangkap pihak oposisi yang mengakibatkan tidak adanya penentang kebijakan pemerintah. Namun melihat situasi sekarang yang mulai bergejolak, ada kemungkinan Belarusia akan mengalami perubahan besar atau semakin tertutup. [wip]