IslamToday ID — Kepala Direktorat Urusan Agama Turki Ali Erbas baru-baru ini mengirimkan surat resmi kepada sejumlah tokoh muslim dunia mengenai pembukaan Masjid Hagia Sophia.
Menurut pernyataan Direktorat Urusan Agama, dalam suratnya Ali Erbas mengungkapkan Hagia Sophia mengalami salah satu kebangkitannya.
Ali Erbas pun menyatakan kegembiraannya atas pengalihfungsian situs itu menjadi masjid kembali.
Seperti setiap Muslim lainnya, Erbas ingin berbagi kegembiraan dan kebahagiaan yang dia rasakan atas perubahan ini.
Mengacu pada sejarah Masjid Hagia Sophia, Ali Erbas mengatakan situs itu bukan hanya bangunan tertua milik Istanbul, tetapi juga saksi sejarah yang paling nampak di kawasan ini.
“Semoga kebangkitan Hagia Sophia akan menjadi pertanda pembebasan Masjid al-Aqsa. Kebangkitannya akan menjadi harapan bagi para mukmin, orang-orang yang tertindas, serta tanda kebangkitan kembali peradaban kita,” pungkas Ali Erbas.
Ketua Persatuan Ulama Islam Sedunia mengungkapkan bahwa Turki telah melakukan langkah yang menguntungkan bagi agama Islam dan Kristen dengan membuka kembali bangunan bersejarah itu sebagai tempat ibadah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga mengatakan Ia meyakini bahwa pengalihfungsian Hagia Sophia dari museum menjadi masjid telah membahagiakan hati orang-orang yang beriman dari semua agama.
Sekitar 350.000 Muslim melaksanakan Shalat Jumat perdana bersejarah usai 86 tahun silam, di dalam dan di luar Hagia Sophia, 24 Juli 2020.
Alih Fungsi Hagia Sophia
Hagia Sophia menjadi gereja selama 916 tahun hingga Istanbul ditaklukkan oleh Sultan Mehmed II. Bangunan itu kemudian diubah menjadi masjid dari 1453 hingga 1934 atau hampir 500 tahun.
Kemudian diubah lagi menjadi museum selama 86 tahun. Hagia Sophia masuk Daftar Warisan Dunia UNESCO pada 1985 saat berfungsi sebagai museum.
Bangunan itu merupakan salah satu bangunan bersejarah yang paling banyak dikunjungi di Turki oleh wisatawan domestik maupun asing.
Pemerintah Turki menganulir status museum Hagia Sophia yang telah diberlakukan sejak tahun 1934. Sebelumnya, Hagia Sophia pernah menjadi masjid pada tahun 1453 M sejak penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al Fatih.
Walau statusnya beralih menjadi Masjid, situs Hagia Sophia tetap dibuka untuk semua kalangan, secara resmi situs ini akan difungsikan sebagai Masjid pada Jumat, 24 Juli 2020 mendatang
Hagia Sophia (Ayasofya dalam bahasa Turki) pada awalnya dibangun sebagai basilika bagi Gereja Kristen Ortodoks Yunani. Namun, fungsinya telah berubah beberapa kali sejak berabad-abad, menurut laman Historycom.
Hagia Sophia dibangun pada tahun 537-1435 M. Di zaman Kekaisaran Byzantium, bangunan yang terkenal akan arsitektur dan kubah besarnya itu merupakan sebuah gereja.
Kaisar Bizantium Constantius menugaskan pembangunan Hagia Sophia pertama pada tahun 360 M. Pada saat pembangunan gereja pertama, Istanbul dikenal sebagai Konstantinopel, mengambil namanya dari ayah Konstantius, Constantine I, penguasa pertama Kekaisaran Bizantium.
Kesultanan Ottoman (Utsmaniyah), dipimpin oleh Sultan Mehmed II (Muhammad Al Fatih), membebaskan Konstantinopel pada tahun 1453. Pemerintahan Utsmaani mengganti nama kota Konstantinopel menjadi Istanbul.
Dengan pembebasan Konstantinopel beralih ke Istanbul, Hagia Sophia dengan cepat menjadi ikon budaya, membawa warisan budaya hingga kini
Akan tetapi, pemerintah Turki di bawah kepemimpinan mendiang Presiden Mustafa Kemal yang beraliran nasionalis sekuler memutuskan menjadikan Hagia Sophia sebagai museum.
Upaya Turki untuk kembali memfungsikan Hagia Sophia menjadi masjid sebenarnya sudah dilakukan sejak 2005. Dua tahun lalu Mahkamah Konstitusional Turki sempat menolak usulan tersebut.
Majelis Negara Turki membatalkan keputusan kabinet 1934 soal status Hagia Sophia dan kembali menjadikan bangunan itu sebagai masjid pada 10 Juli lalu.
Pada 10 Juli, pengadilan Turki membatalkan dekrit Kabinet 1934 yang mengubah Hagia Sophia menjadi museum, membuka jalan untuk digunakan kembali sebagai masjid setelah jeda 86 tahun.
Kemudian, pada 16 Juli, Direktorat Urusan Agama Turki menandatangani protokol kerja sama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata untuk mengelola Hagia Sophia setelah dikonversi menjadi masjid.
Di bawah protokol tersebut, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata akan mengawasi proyek restorasi dan konservasi, sementara Direktorat Urusan Agama akan mengawasi kegiatan keagamaan di masjid tersebut.
Bangunan megah warisan berbagai peradaban itu juga akan dibuka untuk wisatawan domestik dan mancanegara secara gratis.[IZ]