(IslamToday ID) – Sejumlah rudal balistik membombardir salah satu kota wisata di barat daya Kerajaan Arab Saudi. Rudal-rudal beterbangan di langit Kota Khamis Mushait, Provinsi Asir.
Sebuah rekaman video detik-detik penyerangan rudal ke Saudi beredar luas di media sosial. Dalam rekaman singkat itu, terlihat jelas serangan rudal silih berganti diluncurkan ke tengah kota yang padat penduduk.
Diduga kuat rudal-rudal itu diluncurkan pasukan Houthi Yaman. Dikonfirmasi bahwa target utama serangan rudal itu adalah Bandara Khamis Mushait.
Pada rekaman itu, terlihat warga Kota Khamis Mushait dilanda ketakutan saat sistem pertahanan udara Saudi gagal mencegat rudal.
Situasi benar-benar mencekam, penduduk spontan tiarap di lantai-lantai rumah mereka saat rudal-rudal meledak di langit. Kondisi bertambah tegang karena serangan terjadi di malam hari saat masyarakat berada di rumah.
Sementara itu, tidak diketahui dampak akibat serangan rudal-rudal balistik itu. Hanya saja Saudi mengklaim berhasil menghadang dua rudal dan sebuah pesawat tanpa awak alias drone.
Banyak yang mengkaitkan serangan rudal Houthi ke Saudi ini dengan kesepakatan damai antara Uni Emirat Arab (UEA) dengan Israel. Sejauh ini Saudi masih membisu dengan kesepakatan damai kedua negara tersebut.
Selama ini Saudi dikenal sebagai yang terdepan dalam kebijakan regional terhadap Israel. Pengamat melihat pengumuman kesepakatan UEA-Israel itu sebagai pendorong strategis untuk peran regional dan global UEA.
Langkah UEA menjadikan negara itu lebih terdepan dibandingkan Saudi dan aliansinya, terutama dalam hubungan penting dengan Amerika Serikat (AS).
Saudi merupakan ekonomi terbesar di Teluk dan eksportir minyak terbesar di dunia. Namun UEA dalam beberapa tahun terakhir semakin agresif menerapkan kebijakan luar negerinya sendiri, terutama di hotspot regional seperti Libya, Sudan, dan Yaman.
Pada bulan Juli tahun lalu, UEA berencana menarik pasukannya dari Yaman, tempat koalisi Saudi memerangi Houthi sejak 2015.
Kesepakatan ini menjadi kemenangan langka bagi Presiden AS Donald Trump dalam diplomasi Timur Tengah menjelang pemilu presiden 3 November. Namun, jika Trump kalah melawan Joe Biden, UEA tetap dapat memperoleh keuntungan hubungan lebih dekat dengan AS.
“Posisi UEA dapat lebih baik jika Biden menang, karena akan membantu melancarkan berbagai hal dengan Kongres AS, membuat Saudi dikepung dan lebih terkapar dibandingkan sebelumnya,” kata Neil Quilliam, analis di Chatham House dan Managing Director Azure Strategy.
“Ini harus menjadi kekhawatiran nyata bagi kepemimpinan Saudi sekarang dan memicu kalkulasi tentang bagaimana merespons langkah UEA dan Israel,” tambahnya. [wip]