(IslamToday ID) – Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) tampaknya bakal semakin akrab setelah keduanya mengumumkan normalisasi hubungan. Presiden Israel Reuven Rivlin mengundang pemimpin de facto (UEA) Syaikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan untuk datang ke Yerusalem.
Rivlin memuji peran Mohammed dalam mencapai kesepakatan “mulia dan berani” untuk normalisasi hubungan antara Israel dan UEA. Kedua negara mengumumkan akan membentuk hubungan resmi sesuai kesepakatan yang disponsori Amerika Serikat (AS).
Kesepakatan UEA dan Israel itu dapat mengubah peta politik Timur Tengah mulai dari isu Palestina hingga cara menghadapi Iran, musuh bersama Israel dan negara-negara Teluk Arab.
Kesepakatan itu memicu kemarahan di sebagian besar dunia Arab dan Iran, tapi disambut diam oleh negara-negara Teluk.
“Dalam hari-hari menentukan ini, kepemimpinan diukur dari keberanian dan kemampuan untuk membuat terobosan dan berpandangan jauh ke depan,” ungkap Presiden Israel Reuven Rivlin dalam suratnya untuk Mohammed Bin Zayed al-Nahyan yang juga putra mahkota Abu Dhabi.
“Saya tidak ragu bahwa generasi masa depan akan mengapresiasi jalan Anda, keberanian dan kebijaksanaan pemimpin, telah memulai lagi pembicaraan tentang perdamaian, kepercayaan, dialog antara orang dan agama, kerja sama dan masa depan menjanjikan,” ujar Rivlin.
“Atas nama rakyat Israel dan saya secara pribadi, saya mengambil peluang ini untuk memberi undangan pada Yang Mulia untuk mengunjungi Israel serta menjadi tamu kehormatan kami,” kata Rivlin.
Palestina menganggap kesepakatan itu sebagai “pengkhianatan” oleh satu negara Arab yang mereka harapkan mendukung berdirinya negara Palestina di Gaza, Yerusalem Timur, dan Tepi Barat, tanah yang dicaplok Israel pada perang Timur Tengah 1967.
“Saya berharap bahwa langkah ini akan membantu membangun dan memperkuat kepercayaan antara kita dan rakyat di kawasan, kepercayaan yang akan mendorong pemahaman antara kita semua,” pungkas Rivlin. [wip]