(IslamToday ID) – Meskipun ISIS sudah kehilangan wilayahnya di Timur Tengah sekitar dua tahun lalu, namun lebih dari 10.000 milisinya masih aktif di sel-sel kecil di negara Suriah dan Irak. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Sekjen PBB untuk Penanggulangan Terorisme Vladimir Voronkov.
Berbicara di hadapan Dewan Keamanan (DK) PBB pada hari Senin (24/8/2020), Voronkov merinci bahwa tidak hanya ada lebih dari 10.000 milisi ISIS antara Suriah dan Irak, tetapi serangan yang dilakukan oleh tiap personelnya juga meningkat dalam satu tahun terakhir.
Voronkov menyatakan ada tren serangan yang berkelanjutan oleh individu yang terinspirasi secara online dan bertindak sendiri atau dalam kelompok kecil selama krisis Covid-19 ini. Demikian seperti dilaporkan oleh Associated Press (AP).
Pernyataan Voronkov kepada DK PBB itu menyusul laporan baru-baru ini yang dikeluarkan oleh Kantor Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan AS, yang menyatakan bahwa militan ISIS memanfaatkan momentum selama Ramadan dan mengeksploitasi pembatasan yang diberlakukan pada pasukan keamanan karena Covid-19 untuk melakukan lebih banyak serangan.
Meskipun ada peningkatan serangan di wilayah tersebut, Gugus Tugas Gabungan yang dipimpin AS, Operation Inherent Resolve menegaskan bahwa ISIS tidak bangkit kembali.
“Di zona non-konflik, ancaman tampaknya telah berkurang dalam jangka pendek,” kata Voronkov kepada DK PBB seperti dikutip di Sputniknews, Rabu (26/8/2020).
“Langkah-langkah untuk meminimalkan penyebaran Covid-19, seperti penguncian dan pembatasan pergerakan, tampaknya telah mengurangi risiko serangan teroris di banyak negara.”
Menurut Voronkov, ISIS dan organisasi teroris lainnya ingin mengeksploitasi gangguan yang luas dan dampak sosial ekonomi dan politik yang negatif dari pandemi corona.
Duta Besar William Roebuck, Wakil Utusan Khusus AS untuk Koalisi Global untuk Mengalahkan ISIS, baru-baru ini memperingatkan para pejabat Washington bahwa kamp pengungsi al-Hol Suriah utara, sebuah daerah yang menampung mereka yang terlantar akibat perang di Irak dan Suriah, serta militan ISIS yang ditangkap, bisa menjadi tempat berkembang biak bagi terorisme. Menurutnya, ISIS tetaplah menjadi ancaman yang signifikan.
“Dan itulah mengapa kehadiran militer harus tetap ada, dan itulah mengapa koalisi tetap terlibat untuk mencegah ISIS bangkit kembali,” katanya seperti dikutip di 13 News Now. [wip]