(IslamToday ID) – Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki, Mevlut Cavusoglu mengatakan penyensoran kartun Menteri Pendidikan Perancis Jean-Michel Blanquer adalah contoh kemunafikan dan standar ganda yang diterapkan oleh Perancis.
Cavusoglu menyampaikan hal itu pada konferensi pers hari Jumat (6/11/2020) setelah pertemuan informal para Menlu Eropa Tenggara (SEECP) di Provinsi Mediterania di Antalya.
Cavusoglu mengatakan Eropa mulai menampilkan standar ganda secara terbuka dengan dalih solidaritas di Uni Eropa atau untuk mendukung negara-negara anggota.
Ia mengatakan serangan terhadap nilai-nilai ketuhanan dipandang sebagai kebebasan berbicara, tapi kritik kecil terhadap mereka dianggap sebagai sebuah serangan.
“Kami menentang semua jenis diskriminasi dan rasisme. Kami melihat semuanya sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan,” tegas Cavusoglu seperti dikutip dari TRT World, Sabtu (7/11/2020).
Bulan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menggambarkan Islam sebagai agama dalam krisis dan mengumumkan rencana undang-undang yang lebih keras untuk menangani separatisme Islam di Perancis.
Ketegangan semakin meningkat setelah seorang guru sekolah menengah, Samuel Paty, yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelasnya, dibunuh pada 16 Oktober.
Kartun penghinaan oleh Charlie Hebdo juga ditampilkan di gedung-gedung di beberapa kota di Perancis.
Macron membela kartun itu dengan mengatakan Perancis tidak akan melepaskan kartun itu, sehingga menyebabkan kemarahan di seluruh dunia muslim.
Pemenang pemilu AS tidak akan mengubah pendekatan Turki. “Siapa pun yang terpilih (di AS), Turki akan mendekati pemerintahan baru AS dengan cara yang sama seperti pendekatan dengan negara lain,” kata Cavusoglu tentang pemilihan presiden 2020 di AS.
“Pada akhirnya, itu adalah keputusan yang diberikan oleh rakyat AS. Kami harus menghormatinya seperti orang lain, terutama politisi AS,” katanya, seraya menambahkan bahwa Turki telah bekerja sama dengan pemerintah Republik dan Demokrat di masa lalu. [wip]