(IslamToday ID) – Karena terbatasnya anggaran, Indonesia lakukan seleksi ketat dalam pembelian jet tempur. Bukan tanpa sebab minimnya anggaran ini karena Kementerian Pertahanan memangkas pendanaannya ketika Covid-19 yang menuntut pendapatan pajak dibelanjakan di tempat lain.
Seperti diketahui baru-baru ini, Menteri Pertahanan (Menhan) Indonesia, Prabowo Subianto terbang ke Amerika Serikat (AS), Australia, Perancis, dan Turki untuk melakukan tawar menawar mengenai harga jet tempur.
“Apa yang dilakukan Prabowo sekarang adalah mencari opsi terbaik, kesepakatan terbaik,” kata Muhamad Haripin, peneliti pertahanan di Pusat Kajian Politik di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) seperti dikutip dari Asia Nikkei, Kamis (12/11/2020).
Pembelian ini dirasa perlu mengingat pesawat tempur andalan TNI AU, F-5 buatan AS, telah beroperasi selama hampir empat dekade dengan sedikit peningkatan. Serta ketegangan yang meningkat di Laut China Selatan membuat Jakarta perlu segera meningkatkan peralatan militer.
Hingga kini jet Sukhoi Su-35 dari Rusia tetap menjadi pilihan terbaik. Meskipun Indonesia pada tahun 2018 setuju untuk membeli 11 pesawat dengan harga 1,1 miliar dolar AS, Indonesia menyimpan reservasi karena AS telah mengancam sanksi atas kesepakatan senjata dengan Moskow.
Karena alasan ini, kunjungan Prabowo ke AS pada sesi pertama turnya sangat menonjol. Dia diundang ke Pentagon. Undangan tersebut juga memberi AS kesempatan lain untuk mencoba membujuk Indonesia agar tidak membeli jet tempur Rusia.
Pejabat pertahanan Indonesia menyatakan pembicaraan itu termasuk diskusi tentang jet tempur. “AS dilaporkan telah mendorong untuk menjual F-16 generasi keempat Indonesia yang dilengkapi dengan teknologi baru seperti pelatihan pilot dan fasilitas tambahan lainnya akan diberikan. Tapi Jakarta dikatakan memainkan kartunya untuk F-35 generasi kelima,” katanya.
Di sisi lain kesepakatan yang tertunda dengan Rusia juga menarik bagi Indonesia yang kekurangan uang karena setengah pembayaran harus dilakukan untuk ekspor minyak sawit, karet, dan komoditas lainnya.
Sementara itu, opsi mundur bagi Prabowo adalah Austria dan 15 jet Eurofighter Typhoon yang ingin diturunkan Wina saat merestrukturisasi angkatan udaranya. Eurofighter bekas dapat menghemat anggaran Indonesia, tetapi potensi pembelian telah mendapat sorotan di dalam negeri.
Kritikus mengatakan jet tempur sudah ketinggalan zaman dan biaya perawatan akan menguras kas negara. Pembelian juga membutuhkan persetujuan dari Inggris, Jerman, Italia dan Spanyol, yang terlibat dalam pengembangan jet tersebut.
Pilihan yang lebih kecil kemungkinannya adalah Perancis dan Turki, pelabuhan terakhir bagi Prabowo. Menurut laporan, Prabowo lebih berminat pada jet tempur Rafale Perancis. Pejabat Kementerian Pertahanan Indonesia mengatakan diskusi baru-baru ini di Perancis yang menyangkut potensi pembelian peralatan pertahanan yang tidak ditentukan, sementara pembicaraan di Turki mengenai sistem kapal selam dan potensi kerja sama dalam kendaraan udara tak berawak.
Namun demikian selain harga tentu banyak faktor yang harus dipertimbangkan Prabowo seperti yang diungkapakan Rizal Sukma, peneliti senior di Pusat Kajian Strategis dan Internasional Indonesia.
“Banyak pertimbangan lain yang masuk ke dalam pembelian senjata besar, seperti memastikan pasokan suku cadang dan pemeliharaan. Pemerintah Indonesia perlu memperhatikan ini,” tambahnya. [wip]